5 Faktor yang Membuat Najib Bisa Kembali Menang dalam Pemilu Malaysia

7 Mei 2018 13:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PM Malaysia Najib Razak. (Foto: Reuters/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
PM Malaysia Najib Razak. (Foto: Reuters/Lai Seng Sin)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemilihan Umum di Malaysia tinggal menghitung hari, sejumlah isu yang menghantam Perdana Menteri petahana Najib Razak mulai kembali muncul. Semisal dugaan najib terlibat dalam korupsi 1MBD hingga masalah meningkatnya biaya hidup di Malaysia.
ADVERTISEMENT
Namun, Najib bersama partainya, Barisan Nasional, diprediksi masih akan menang dalam pemilihan yang berlangsung pada Rabu (9/5). Dilansir dari AFP, setidaknya ada lima faktor yang memungkinkan Najib kembali berkuasa.
1. Skandal 1MBD yang Menguap
Korupsi 1MBD yang menyeret nama Najib dan kroninya sempat menjadi tajuk utama pemberitaan secara global, termasuk di dalam negeri Malaysia. Posisi Najib sebagai perdana menteri bahkan sempat berada di ujung tanduk akibat dugaan korupsi miliaran dolar Amerika Serikat itu.
Namun, skandal yang mencuat pada 2016 itu sudah mulai dilupakan publik Malaysia. Isu yang terus digadang kelompok lawan Najib tidak lagi dianggap menarik.
Politikus Parti Tindakan Demokratik yang menjadi kelompok oposisi pemerintah, Charles Santiago, menyebutkan saat ini masyarakat lebih peduli dengan masalah ekonomi yang tengah melanda.
ADVERTISEMENT
"Biaya hidup meningkat, khususnya biaya pangan, kelihatannya itu yang akan menjadi isu utama," kata Charles.
Najib Razak (Foto: Reuters/Olivia Harris)
zoom-in-whitePerbesar
Najib Razak (Foto: Reuters/Olivia Harris)
2. Sistem Pemilu yang Tidak Adil
Barisan Nasional bisa menjadi koalisi partai penguasa abadi di Malaysia karena mempreteli sistem pemilu bukan tuduhan baru. Namun, pada pemilihan kali ini yang mungkin terjadi persaingan lebih sengit, Barnas dianggap bisa bertindak lebih jauh ketimbang biasanya.
Upaya mengotak-atik pemilu sudah tampak saat Pemerintah Malaysia mengubah peta pemilih pada Maret 2018. Diubahnya peta itu dianggap mengelompokkan Muslim Melayu, kelompok pemilih tradisional Barnas.
Perubahan peta itu sempat mendapat kritik dari sejumlah LSM di Malaysia. Pasalnya ada nama-nama orang yang sudah meninggal tapi masih masuk ke dalam daftar pemilih. Barnas menanggapinya dengan mengatakan, pemilu Malaysia mendatang akan tetap berlangsung secara adil.
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (Foto: AP)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Malaysia Najib Razak (Foto: AP)
3. Isu Ras Dimainkan
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa waktu belakangan, Najib disebut mulai menakut-nakuti etnis Muslim Melayu yang merupakan basis pemilihnya. Dia memberikan bayangan kepada pemilihnya, 'keistimewaan' untuk etnis Melayu yang selama diberikan pemerintah akan hilang jika kubu oposisinya menang.
Pengamat politik Malaysia, Bridget Welsh, menyebutkan kampanye rasialis itu berlangsung masif dalam beberapa waktu belakangan ini.
"Sangat agresif, kampanye rasis untuk mencekoki kegelisahan dari komunitas melayu," kata pengamat dari John Cabot University, Roma, Italia itu.
PM Malaysia Najib Razak. (Foto: Reuters/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
PM Malaysia Najib Razak. (Foto: Reuters/Lai Seng Sin)
4. Terpecahnya Oposisi
Meski kekuatan politik di Malaysia yang ingin Najib turun dari jabatan perdana menteri cukup besar, tapi kekuatan ini dianggap lemah. Kelompok oposisi terpecah menjadi kubu nasionalis dan Islamis.
Dua kelompok ini, walaupun punya satu pandangan soal pemerintahan Najib, mereka berbeda pandangan dalam penerapan hukum Islam. Akibatnya, kedua kubu memilih mencalonkan tokohnya masing-masing untuk melawan Najib.
ADVERTISEMENT
Kelompok Islamis yang tergabung dalam koalisi Gagasan Sejahtera mengusung Abdul Hadi Awang, mantan Menteri Besar Terengganu. Sedangkan kelompok nasionalis membentuk koalisi Pakatan Harapan mengusung mantan perdana menteri Mahathir Mohamad.
PM Malaysia Najib Razak (Foto: REUTERS/Nikhil Monteiro)
zoom-in-whitePerbesar
PM Malaysia Najib Razak (Foto: REUTERS/Nikhil Monteiro)
5. Ekonomi yang Mulai Membaik
Perekonomian Malaysia memang tengah dalam keadaan kurang baik. Terlihat dari meningkatnya biaya hidup di sana. Namun, perbaikan ekonomi mulai terasa.
Perbaikan ekonomi ini dinilai akan membantu Najib dalam meraup suara. Tingkat pertumbuhan ekonomi pada 2017 yang mencapai 5,9 persen, terbaik dalam tiga tahun terakhir, akan dijual Najib untuk meraih simpati pemilih.
Perbaikan ekonomi ini dinilai terjadi akibat kebijakan bantuan tunai untuk kelompok berpenghasilan rendah telah meningkat daya beli. Selain itu, ekonomi Malaysia juga terbantu dengan melonjaknya harga minyak global.
ADVERTISEMENT