news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

5 Pernyataan Pedas Jokowi: Sontoloyo hingga Kompor

27 November 2018 8:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memperlihatkan Surat Keputusan (SK) perhutanan sosial di taman hutan wisata punti kayu Palembang. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memperlihatkan Surat Keputusan (SK) perhutanan sosial di taman hutan wisata punti kayu Palembang. (Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
ADVERTISEMENT
Menjelang tiga bulan masa kampanye Pilpres 2019, Presiden Joko Widodo bereaksi atas berbagai tudingan terhadap dirinya. Jokowi kini tak segan melontarkan pernyataan yang cukup pedas dan menjadi pusat perhatian, mulai Sontoloyo hingga kompor.
ADVERTISEMENT
Rangkaian pernyataan pedas Jokowi ini pun mengundang banyak reaksi, termasuk dari kubu Prabowo Subianto. Berikut 5 pernyataan pedas Jokowi yang menyita perhatian.
1. Sontoloyo
Ungkapan Sontoloyo diucapkan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah kepada 5.000 warga dari 18 kelurahan di Jakarta Selatan Oktober lalu. Dalam kesempatan tersebut, ia menyinggung soal dana kelurahan yang menjadi polemik karena ulah politikus yang hendak mempengaruhi masyarakat.
"Itulah kepandaian politikus untuk mempengaruhi masyarakat, hati-hati, banyak politikus baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo," kata Jokowi di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (23/10) lalu.
Capres nomor urut 01 itu menambahkan, politisi sontoloyo merujuk kepada mereka yang masih menggunakan cara-cara tak sehat demi mendapat simpati rakyat di ajang pemilu.
ADVERTISEMENT
2. Genderuwo
Selain sontoloyo, Jokowi mengeluarkan kata sindiran genderuwo. Ungkapan itu ditujukan kepada politikus-politikus tanah air yang menurutnya hanya menakuti rakyat. Hal ini disampaikan Jokowi saat membagikan sertifikat tanah di Tegal, Jawa Tengah pada 9 November 2018.
Jokowi membagikan sertifikat tanah untuk rakyat di Tegal, Jumat (9/11/2018). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi membagikan sertifikat tanah untuk rakyat di Tegal, Jumat (9/11/2018). (Foto: Dok. Biro Pers Setpres)
"Masak masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Enggak benar kan? Itu sering saya sampaikan, itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti," lanjut Jokowi.
Jokowi menyebut, politikus genderuwo tidak memiliki sopan santun politik yang baik.
3. Tempe Tebal
Sementara itu, Jokowi akhirnya merespons ucapan tempe setipis ATM dari Sandiaga Uno dengan blusukan ke Pasar Lawang Suryakencana di Kota Bogor, Jawa Barat 30 Oktober silam. Dari hasil blusukan, didapati harga tempe masih stabil. Untuk yang kecil harganya Rp 4 ribu sedangkan yang besar Rp 10 ribu.
ADVERTISEMENT
“Harganya tetap. Tadi melihat sendiri. Ya, (ukurannya) tebal,” ucap Jokowi kepada wartawan
Presiden Jokowi blusukan ke Pasar Lawang Suryakancana, Bogor. (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi blusukan ke Pasar Lawang Suryakancana, Bogor. (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
4. Tabok
Beredarnya isu PKI yang ditujukan kepada dirinya membuat Jokowi geram. Dalam beberapa kesempatan, Jokowi kerap curhat mengapa banyak masyarakat yang masih percaya berita hoaks tersebut. Salah satunya pada acara penyerahan sertifikat tanah di Lampung Tengah.
"Ini yang kadang-kadang, haduh, mau saya tabok orangnya di mana, saya cari betul," kata Jokowi di Lapangan Tennis Indoor Pemda Lampung Tengah, Jumat (23/11).
5. Kompor
Yang terbaru, Jokowi menyebut banyak kompor-kompor yang memanasi suasana politik di Pilpres 2019. Ungkapan tersebut disampaikan Jokowi saat menerima gelar adat Komering, Raja Balaq mangkuk Negara, di Griya Agung, Palembang, Minggu (25/11).
Jokowi dan Iriana terima Gelar Adat Komering di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (25/11/2018). (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Iriana terima Gelar Adat Komering di Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (25/11/2018). (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
"Kita ini saudara, sebangsa, dan setanah air. Jangan lupakan itu. Ini karena banyak kompor. Karena dipanas-panasi, dikompor-kompori, jadi panas semuanya," kata Jokowi di lokasi.
ADVERTISEMENT
Bahkan Jokowi menyebut, ada warga yang ikut majelis taklim karena perbedaan pilihan politik, tidak saling sapa karena dikomporin.