Abu Bakar, Guru Para Bomber Surabaya-Sidoarjo yang Masih Misterius

16 Mei 2018 9:50 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengamanan ledakan bom di Surabaya. (Foto: AFP/JUNI KRISWANTO)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamanan ledakan bom di Surabaya. (Foto: AFP/JUNI KRISWANTO)
ADVERTISEMENT
Ketiga bomber di Surabaya dan Sidoarjo memiliki benang merah yang sama. Dita Oepriarto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono sama-sama murid dari seorang ustaz bernama Abu Bakar. Diduga Abu Bakar adalah orang yang menanamkan paham radikal kepada para pelaku.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, sosok Abu Bakar hingga saat ini masih misterius. Pihak polisi masih memburu keberadaan Abu Bakar. Polri belum bisa memastikan bagaimana sosok dan identitas dari Abu Bakar.
"Belum ketangkap. Nanti lah belum ketangkap. Tangkap dulu nanti (malah) imajiner (mengkhayal -red)," ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Setya Wasisto di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa (15/5).
Ilustrasi bomber Jawa Timur. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bomber Jawa Timur. (Foto: Chandra Dyah A/kumparan)
Abu Bakar diketahui sering mengadakan pengajian rutin mingguan bersama Dita Oepriarto, Anton Ferdiantono, dan Tri Murtiono. Dalam pengajian tersebut para pelaku juga sering mengajak keluarganya masing-masing.
Pengajian biasa digelar di rumah Dita Oepriarto di Perumahan Wonorejo Asri (Wisma Indah), Rungkut, Surabaya. Dalam pengajian tersebut, anak-anak dari keluarga bomber mendapatkan paham radikalisme. Bahkan, diajak untuk menonton film bertema jihad.
ADVERTISEMENT
Pada 2016, Abu Bakar dan Dita Oepriarto sempat mengunjungi narapidana teroris, Abu Bakar Baasyir di Rutan Gunung Sindur, Bogor. Namun, pihak keluarga Baasyir membantah keterlibatan Baasyir dalam rentetan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo.
Pengamanan ledakan bom di Surabaya. (Foto: AP Photo/Trisnadi)
zoom-in-whitePerbesar
Pengamanan ledakan bom di Surabaya. (Foto: AP Photo/Trisnadi)
Paham radikalisme telah tertanam pada diri keluarga bomber. Hingga pada akhirnya mereka nekat melancar aksi teror bom bunuh diri ke sejumlah tempat.
Dita Oepriarto dan keluarga melancarkan aksinya di 3 gereja di Surabaya, Minggu (13/5) pagi. Dita melancarkan aksinya di GPPS Arjuna. Sementara istrinya, Puji Kuswati dan dua putrinya, Fadil Sari dan Famela Rizqita, melancarkan aksinya di GKI Diponegoro. Selain itu, kedua putra Dita, Yusuf Fadhil dan Firman Halim juga melancarkan aksidnya di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Situasi Rusunawa Wonocolo paska bom bunuh diri. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Situasi Rusunawa Wonocolo paska bom bunuh diri. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
Pada Minggu (13/5) malam, Anton Ferdiantono tak sengaja meledakkan dirinya saat mencoba merakit bom di kediamannya di Rusun Wonocolo, Sidoarjo. Kala itu, Anton tewas bersama istrinya Puspita Sari, serta anak sulunya, Halyah. Tiga anak Anton lainnya mengalami luka-luka dan dirawat di rumah sakit.
Suasana di kawasan Polrestabes Surabaya. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di kawasan Polrestabes Surabaya. (Foto: Jamal Ramadhan/ kumparan)
ADVERTISEMENT
Sehari setelahnya, pada Senin (14/5) pagi, giliran keluarga Tri Murtiono yang melancarkan aksinya di depan pintu masuk Mapolrestabes Surabaya. Tri meledakkan dirinya bersama istrinya, Tri Ernawati dan tiga orang anaknya.
Namun, salah satu anak Tri, Ais, selamat dan tengah mendapatkan perawat di rumah sakit, serta mendapat perlindungan dari polisi. Ais dianggap sebagai saksi kunci dari aksi teror bom yang dilakukan keluarganya.