Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Akibat Ungkap Kebijakan Lewat Tweet, Trump Bertikai dengan Afsel
24 Agustus 2018 16:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB

ADVERTISEMENT
Twitter bagi Donald Trump telah jadi salah satu media utama menyuarakan kebijakannya. Namun cara ini malah memicu kemarahan Afrika Selatan setelah Presiden Amerika Serikat itu mengomentari kebijakan negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, Trump di Twitter pada Selasa pekan ini memerintahkan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyelidiki tuduhan perampasan lahan dan pembunuhan petani kulit putih di Afsel.
Komentar Trump ini merujuk pada laporan Fox News pekan lalu soal masalah lahan di Afsel yang kebanyakan masih dikuasai minoritas kulit putih.
Situasi diperparah setelah pada 1 Agustus lalu Presiden Afsel Cyril Ramaphosa mengumumkan partai berkuasa, Kongres Nasional Afrika (ANC), akan menetapkan kebijakan perampasan lahan kulit putih tanpa kompensasi.
Cara Trump mengomentari situasi di Afsel melalui Twitter membuat negara itu naik pitam. Afsel langsung memanggil pelaksana tugas Duta Besar AS untuk Afsel Jessye Lapenn untuk menyampaikan unek-unek mereka.
Menurut Afsel melalui Lapenn, Trump gagal menggunakan saluran diplomatik untuk menyampaikan keluhannya. Selain itu, isi tweet Trump dianggap berisi isu sensitif yang bisa memicu gejolak sosial di Afsel.
ADVERTISEMENT
"Pelaksana Tugas AS diminta menyampaikan pesan kepada Washington bahwa Pretoria kecewa atas kegagalan Washington menggunakan saluran diplomatik yang ada," ujar Kementerian Luar Negeri Afsel, Jumat (24/7).

Pasalnya, berakhirnya sistem apartheid Afsel pada 1994 masih menyisakan kecemburuan sosial antara warga kulit hitam dan putih di negara itu, bahkan di masa pemerintahan Nelson Mandela. Warga kulit putih yang minoritas dianggap memiliki lahan pertanian yang lebih besar ketimbang warga kulit hitam.
Pemerintah AS menganggap rencana Afsel untuk merampas lahan tanpa kompensasi akan menyebabkan kekerasan dan konflik. Namun Ramaphosa membantah adanya perampasan lahan secara serampangan dan penyerangan terhadap warga kulit putih.
Pemerintah Afsel mengatakan perampasan lahan hanya akan dilakukan di lahan yang tidak terpakai, bangunan terbengkalai atau bangunan bersejarah. Afsel juga mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi atas komentar Trump.
ADVERTISEMENT
"Pemerintah Afsel mengimbau tetap mewaspadai informasi salah, tidak akurat, dan palsu, dan pada beberapa kasus bermotif politik yang tidak mencerminkan kebijakan pemerintah," ujar Kemlu Afsel.