Alasan Demokrat Dekati Prabowo: Hubungan SBY-Mega yang Tak Membaik

18 Juli 2018 16:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SBY dan Mega (Foto: Twitter/@isari68)
zoom-in-whitePerbesar
SBY dan Mega (Foto: Twitter/@isari68)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Partai Demokrat pesimistis bisa merapat ke kubu Joko Widodo karena terhalang konflik Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
ADVERTISEMENT
Ketua Divisi Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahean mengatakan, status PDIP yang kini menjadi pimpinan koalisi parpol pendukung Jokowi menjadi salah satu alasan mengapa Partai Demokrat sulit untuk bergabung dengan koalisi capres petahana itu.
"Hubungan Pak SBY dengan Bu Mega jadi barrier yang cukup tinggi, bahkan tebal yang harus ditembus dalam koalisi itu. Karena kan koalisi ini dipimpin oleh PDIP. Sehingga kalau Pak SBY ada di situ sebagai anggota koalisi tentu hubungan beliau dengan Bu Mega jadi pertimbangan," kata Ketua Ferdinand di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (18/7).
Ferdinand Hutahean, Juru bicara Partai Demokrat (Foto: Intan Novianti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ferdinand Hutahean, Juru bicara Partai Demokrat (Foto: Intan Novianti/kumparan)
Ferdinand menceritakan, SBY sebenarnya beberapa kali mengusahakan agar hubungannya dengan Mega bisa mencair. Bahkan hal itu dilakukan sejak SBY menjadi presiden.
ADVERTISEMENT
Dia mengklaim, SBY telah melakukan lobi-lobi melalui suami Mega, almarhum Taufiq Kiemas. Namun hal itu tak membuahkan hasil. Jalan penyelesaian melalui Jokowi juga buntu.
Sampai akhirnya, SBY pernah mengusulkan ide membentuk klub presiden sebagai wadah komunikasi mantan presiden dan wakil presiden pun tak mendapat respons positif.
"Sejak beliau jadi presiden selalu mengupayakan ini masalah hubungan dengan Bu Mega. Tetapi memang akhirnya hubungan itu belum ada solusi," ungkapnya.
Karena persoalan buntunya komunikasi politik dengan kubu Jokowi, Demokrat kini membuka komunikasi politik dengan kubu Prabowo Subianto.
"Akhirnya kita harus memilih. Apa yang kita lakukan sekarang adalah komunikasi intensif dengan Gerindra, PAN dan PKS," tutup Ferdinand.