Amerika Balas Petisi MUI: Keputusan Trump Tak Berubah Soal Yerusalem

22 Desember 2017 14:04 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto: Aria Pradana)
zoom-in-whitePerbesar
Majelis Ulama Indonesia (MUI). (Foto: Aria Pradana)
ADVERTISEMENT
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menerima surat balasan dari Amerika Serikat terkait petisi yang mereka kirimkan beberapa waktu yang lalu. Petisi tersebut berisi soal kecaman terhadap keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
ADVERTISEMENT
"Secara substansi, tetap Amerika tidak mau mengubah atau menarik keputusan Presiden Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel," ucap Ketua Bidang Hubungan Internasional MUI, Muhidin Junaidi di Kantor MUI, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (22/12).
Muhidin mengaku dirinya yang ditugaskan oleh MUI untuk menyerahkan petisi tersebut pada beberapa waktu yang lalu dan diterima oleh Kuasa Usaha Kedutaan Ameria di Indonensia.
"Namun sangat disayangakan itu bukan ditandatangani oleh Presiden Amerika, tapi ditandantanggani oleh pejabat tinggi Gedung Putih dan Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat," tuturnya.
Aksi bela Palestina (Foto: Reuters/Darren Whiteside)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi bela Palestina (Foto: Reuters/Darren Whiteside)
Melihat isi balasan Amerika itu, Muhidin menyatakan MUI akan melakukan rapat pimpinan untuk membahas langkah agar Jaksa Agung di Amerika Serikat dapat menekan Trump untuk mencabut keputusannya soal Yerussalem.
ADVERTISEMENT
"Opsi terbaik adalah pertama melakukan lobi-lobi. Kedua, juga minta pada Jaksa Agung Amerika agar menekan Presiden Donald Trump supaya mencabut atau mengubah keputusannya," ujarnya.
Dia optimistis langkah itu bisa dilakukan, karena sejarah pernah mencatat, keputusan Presiden Amerika ada yang pernah dibatalkan.
"Karena dari pengalaman 83% eksekutif order yang dikeluarkan Presiden Amerika itu agak susah dibatalkan tapi bisa diubah. Berarti 17% bisa diubah," imbuhnya.
Muhidin melanjutkan, hingga saat ini masyarakat Indonesia tidak akan takut meskipun Trump mengancam akan menghentikan mengirim bantuan ke negara yang mengecam keputusannya itu, termasuk Indonesia.
"Kami ingin menyatakan di sini bahwa Indonesia tidak akan takut, tidak merasa dikucilkan dengan pernyataan Presiden Donald Trump. Bahkan sebaliknya, kami menganggap bahwa sikap tersebut adalah energi baru bagi kami umat Islam indonesia meningkatkan solidaritas dan persatuan umat Islam," tuturnya.
ADVERTISEMENT