Amien Rais Tak Rela Bila Jokowi Jadi Calon Tunggal di Pilpres

8 Maret 2018 12:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amien Rais launching aplikasi pemilu Aspirasi (Foto: Rian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Amien Rais launching aplikasi pemilu Aspirasi (Foto: Rian/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Isu Jokowi menjadi calon tunggal di Pilpres 2019 sempat mengemuka. Alasannya karena tak ada penantang yang berani melawan Jokowi.
ADVERTISEMENT
Tapi rupanya, isu yang muncul itu segera disikapi Amien Rais dkk. Mereka berkumpul di Hotel Sultan Jakarta mencegah calon tunggal.
"Saya yakin tidak akan ada calon tunggal. Jadi kita enggak cukup bodoh lah. Tapi calon tunggal itu berbahaya karena bisa membunuh demokrasi," jelas Amien di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (8/3).
Menurut Amien, terkadang lembaga-lembaga demokrasi itu emoh terhadap demokrasi. Misalnya UU Pemilu bahwa presidential threshold 20 persen kemudian Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai penjaga gawang malah mengiyakan.
Amien Rais (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Amien Rais (Foto: Paulina Herasmaranindar/kumparan)
"Padahal sesungguhnya ini berbahaya. Kalau misalnya calon tunggal yang milih ini cuma 25 persen, berarti yang 3/4 anak bangsa ini emoh. Tidak ada legitimasi, berbahaya," tegas dia.
Amien menyampaikan, sangat dimungkinkan dibentuk poros baru mengingat sudah ada beberapa partai mendukung Jokowi untuk Capres seperti PDIP, Golkar, PPP, NasDem, dan Hanura.
ADVERTISEMENT
"Masih ada Gerindra, PKS, Demokrat, PAN, dan PKB. Jadi saya kira mereka pun juga sebagai politisi yang bertanggung jawab tidak mungkin duduk diam tenang karena ini sesuatu yang sanagat menentukan. Saya katakan kita harus menggunakan hak pilih secera betul teliti jangan sampai kecolongan karena publik opini yang diben
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peta Pilpres 2019. (Foto: Chandra Dyah Ayuningtyas/kumparan)
tuk media masa yang tidak objektif dan Medsos," tutup dia.