Anak Mantan Intel Rusia yang Diracun Keluar dari Rumah Sakit

10 April 2018 16:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
zoom-in-whitePerbesar
Sergei Skripal. (Foto: AFP/Kommersant Photo/Yuri Senatorov)
ADVERTISEMENT
Korban racun saraf di Inggris, Yulia Skripal, akhirnya keluar dari rumah sakit. Yulia yang merupakan putri dari mantan intelijen Rusia Sergei Skripal, sempat dirawat selama satu bulan setelah diracun.
ADVERTISEMENT
Kabar keluarnya Yulia dari rumah sakit telah dilaporkan Reuters yang melansir BBC. Yulia sudah tidak ada lagi di rumah sakit pada Selasa (10/4). Saat ini dia disebutkan tengah berupaya mengajukan diri sebagai pencari suaka di Inggris.
Sedangkan kondisi Skripal disebutkan mulai membaik. Wakil direktur rumah sakit tempat Skripal dirawat, Christine Blanshard, menyebutkan kondisi mantan agen Rusia itu terus membaik.
"Tubuhnya (Sergei) merespons dengan baik perawatan yang diberikan. Kini sudah tidak dalam keadaan kritis lagi," sebut Blanshard pada Jumat (6/4) seperti dikutip The Guardian. Meski demikian, Skripal mungkin telah mengalami kerusakan otak permanen yang disebabkan oleh racun saraf itu.
Yulia Skripal  (Foto: Facebook via REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Yulia Skripal (Foto: Facebook via REUTERS)
Skripal dan Yulia ditemukan tidak sadarkan diri pada 4 Maret 2018. Keduanya ditemukan tergeletak di bangku sebuah mal di kota Salisbury, kota bagian selatan Inggris. Setelah dibawa ke rumah sakit kondisi Skripal dan Yulia disebutkan sudah dalam keadaan kritis.
ADVERTISEMENT
Penyelidikan menemukan racun yang membuat keduanya kritis adalah novichok, racun saraf yang pernah dikembangkan oleh Uni Soviet. Mereka kemudian menyalahkan Rusia sebagai dalang upaya pembunuhan Sergei. Pemerintah Rusia membantah tudingan tersebut.
Tudingan Inggris ke Rusia membuat ketegangan diplomatik antara kedua negara itu kembali seperti masa Perang Dingin. Saling usir diplomat dilakukan. Ketegangan diplomatik ini juga merambat ke negara-negara NATO yang ikut terseret dalam gelombang saling usir diplomat dengan Rusia.