Anomali Riwayat Terbang Lion Air PK-LQP yang Jatuh di Karawang

4 November 2018 14:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Turbin Lion Air di JICT 2. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Turbin Lion Air di JICT 2. (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pesawat Lion Air bernomor penerbangan JT-610 rute Jakarta-Pangkal Pinang jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10). Pesawat bernomor registrasi PK-LQP itu jatuh di menit ke 13 setelah lepas landas.
ADVERTISEMENT
Jika merujuk pada laman pelacak penerbangan Flight Radar 24, ada anomali Lion Air PK-LQP yang terbang hari itu dengan enam penerbangan lain PK-LQP dengan rute yang sama.
Salah satunya, dari sisi kecepatan. Berdasarkan data Flight Radar 24 yang telah diolah Tim Data kumparan, PK-LQP yang terbang 29 Oktober tampak menambah kecepatan di menit ke-2 setelah lepas landas. Waktu itu, kecepatannya mencapai 598 km per jam.
Kecepatan pada waktu tersebut menjadi yang tertinggi dalam catatan 7 penerbangan PK-LQP rute yang sama. Di enam penerbangan sebelumnya, kecepatan pesawat di menit ke-2 berkisar 433-509 km per jam.
Anomali kecepatan itu pun berlanjut hingga menit ke-5. Namun, ketika enam penerbangan sebelumnya menambah kecepatan di menit ke-8, penerbangan terakhir PK-LQP itu malah menurunkannya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, jika dilihat dari ketinggian pesawat tiap menit, penerbangan berakhir PK-LQP itu juga punya perbedaan. Misalnya pada menit ke-2 ketika kecepatannya berada di atas rata-rata, namun ketinggiannya justru di bawah 6 penerbangan sebelumnya.
Pada saat itu, pesawat berada di ketinggian sekitar 647 meter dengan kecepatan 598 km per jam. Sementara 6 penerbangan sebelumnya sudah mencapai ketinggian di atas 1.000 meter dengan laju pesawat yang lebih lambat.
Pada menit-menit selanjutnya, ketinggian keenam penerbangan sebelumnya juga tampak terus menanjak. Berbeda dengan penerbangan 29 Oktober yang ketinggian terbangnya cenderung konstan, bahkan naik-turun. Tepatnya, sejak menit ke-5 sampai ke-9 hingga akhirnya jatuh di Karawang.
"Dari fase climb out setelah lepas landas, wajar enggak kalau pesawat itu turun. Kalau tidak, berarti menunjukkan adanya masalah," kata Konsultan Penerbangan Gerry Soejatman ke kumparan, Kamis (1/11).
ADVERTISEMENT
Posisi terbang PK-LQP yang naik-turun tersebut, dilihat Gerry, juga menandakan pesawat tidak dikendalikan dengan autopilot atau tidak dikendalikan dengan baik.
"Pesawatnya tidak bisa maintain di satu ketinggian. Itu bukan prosedur yang salah, tapi menggambarkan kemungkinan ada yang rusak," sebutnya.
Jika merujuk pada data Flight Radar 24, Gerry menyebut, adanya indikasi pesawat tidak dikendalikan seperti biasanya. Maksudnya, setelah take off pesawat tidak bisa menjaga kecepatan lalu kemudian naik.
"Di sini kemungkinan ada kendala dan salah satu kemungkinannya sesuai dengan technical lock itu. Kita hanya tahu sebatas itu," ucapnya.
Sebenarnya, anomali yang mirip juga dialami PK-LQP rute Denpasar-Jakarta yang terbang, 28 Oktober 2018. Saat itu, pesawat juga mengalami kecepatan dan ketinggian yang naik-turun di menit-menit tertentu. Berbeda dengan tiga penerbangan dengan pesawat dan rute yang sama sebelumnya.
Data anomali penerbangan Lion Air PK-LQP
zoom-in-whitePerbesar
Data anomali penerbangan Lion Air PK-LQP
"Kalau itu masalah yang sama, kenapa yang dari Bali bisa hidup dan yang ke Pangkal Pinang jatuh. ini yang harus diinvestigasi KNKT. Apakah beda penangannnya atau beda karakternya, kita tidak tahu," kata Gerry.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai jalur terbang, perbedaan tampak pada penerbangan Lion Air dengan nomor penerbangan yang sama JT-610 tanggal 28, 29, dan 30 Oktober. Yakni sehari sebelum, hari saat kejadian, dan sehari setelah kecelakaan.
Dalam Flight Radar 24, ketiga pesawat tampak memiliki jalur terbang yang berbeda sejak lepas landas. Namun, perbedaan itu semakin terlihat pada menit ke-7 penerbangan. Saat dua pesawat yang berangkat tanggal 28 dan 30 Oktober sudah berada di atas Laut Jawa, Lion Air bernomor registrasi PK-LQP malah berbelok ke arah Karawang.
Data Flight Radar terkait Lion Air JT-610 yang terbang pada 28, 29 dan 30 Oktober 2018. (Foto: Dok. Flight Radar)
zoom-in-whitePerbesar
Data Flight Radar terkait Lion Air JT-610 yang terbang pada 28, 29 dan 30 Oktober 2018. (Foto: Dok. Flight Radar)
Bukan cuma itu, jalur yang diambil pesawat PK-LQP yang jatuh di Karawang juga berbeda dengan sejumlah penerbangan sebelumnya dengan pesawat dan rute yang sama.
Tepatnya, Lion Air PK-LQP Jakarta-Pangkal Pinang yang terbang 7, 18, 25, dan 26 September serta 15 Oktober. Pesawat yang terbang 29 Oktober tampak mengambil jalur memutar yang lebih jauh dibanding penerbangan-penerbangan sebelumnya.
ADVERTISEMENT