Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Arab Saudi Cabut Kewarganegaraan Putra Osama bin Laden
2 Maret 2019 6:40 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:02 WIB
ADVERTISEMENT
Arab Saudi mencabut kewarganegaraan dari Hamza bin Laden, putra pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden. Keputusan ini dipastikan langsung oleh Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Sabtu (2/3), keputusan Arab Saudi mencabut kewarganegaraan Hamza berdasarkan perintah Kerajaan Arab Saudi pada November 2018.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (28/2) menawarkan hadiah hingga 1 juta dolar AS untuk informasi yang mengarah ke identifikasi atau lokasi di negara mana Hamza tinggal saat ini. AS memburunya karena dianggap sebagai pemimpin kunci Al Qaeda.
Hamza yang diyakini berusia sekitar 30 tahun berada di sisi ayahnya di Afghanistan sebelum serangan 11 September. Mereka juga menghabiskan waktu bersama di Pakistan setelah invasi pimpinan AS atas Afghanistan yang membuat banyak pemimpin senior Al Qaeda terpojok.
Sampai saat ini tidak ada yang tahu di mana Hamza berada. Ada dugaan, pria itu tinggal bersama ibunya di Iran. Namun, pada 2018 salah seorang saudara tiri Hamza menyebut yang bersangkutan berada di sekitar Afghanistan.
ADVERTISEMENT
Peran Hamza di Al Qaeda secara resmi diperkenalkan oleh kepala baru kelompok itu, Ayman al-Zawahiri, dalam satu pesan audio pada 2015. Hal ini memberikan kesegaran bagi kelompok itu.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, Hamza telah menyerukan aksi terorisme di ibu kota negara-negara barat. Ia mengancam mengambil tindakan balasan terhadap AS atas pembunuhan ayahnya.
Ia juga mengancam membidik orang-orang AS di luar negeri dan mendesak suku-suku Arab Saudi untuk bersatu dengan Al Qaeda di Yaman untuk melawan Kerajaan Arab Saudi.
Osama bin Laden dibunuh oleh pasukan khusus AS yang menyerbu kompleks kediamannya di Pakistan pada 2011. Hamza diperkirakan berada di bawah tahanan rumah di Iran pada saat itu.
Dokumen-dokumen yang ditemukan dari kompleks itu mengindikasikan bahwa para pembantu telah berusaha untuk menyatukan kembali Hamza dengan ayahnya yang selama ini terpisah jauh.
ADVERTISEMENT