news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

AS Minta Israel "Tahan Kegembiraan" Usai Yerusalem Diakui Trump

7 Desember 2017 12:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Donald Trump akui Yerusalem ibu kota Israel. (Foto: AFP/Saul Loeb)
zoom-in-whitePerbesar
Donald Trump akui Yerusalem ibu kota Israel. (Foto: AFP/Saul Loeb)
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat meminta Israel untuk menahan diri dalam merespons pengakuan Donald Trump terhadap Yerusalem. Jangan sampai Israel terlalu menunjukkan kegembiraan sehingga semakin memicu kemarahan dunia.
ADVERTISEMENT
Permintaan ini disampaikan melalui sebuah dokumen Kementerian Luar Negeri AS berisi panduan kepada Kedutaan Besar AS di Tel Aviv yang diperoleh kantor berita Reuters, Rabu (6/12). Dalam panduan tersebut, diplomat AS diminta untuk mengimbau pejabat Israel agar menahan diri dalam berkomentar.
"Kami menyadari Anda pasti akan menunjukkan sambutan gembira atas berita ini, tapi saya meminta Anda untuk menahan respons resmi," ujar dokumen itu, berisi ujaran yang harus disampaikan Kedutaan AS kepada pejabat Israel.
Pasalnya, keputusan Trump yang mengakui Yerusalem adalah ibu kota Israel dan akan memindahkan Kedutaan ke kota itu memicu ancaman bagi fasilitas-fasilitas dan warga AS di luar negeri.
"Kami memperkirakan akan ada perlawanan atas berita ini di Timur Tengah dan seluruh dunia. Kami masih memprediksi dampak dari keputusan ini terhadap fasilitas dan personel AS di luar negeri," bunyi dokumen tersebut.
ADVERTISEMENT
Dokumen tersebut juga memuat acuan berkomentar bagi para diplomat di Konsulat Jenderal Yerusalem, Kedubes AS di London, Paris, Berlin, dan Roma, terkait langkah Trump itu.
Pesannya, para diplomat AS harus menekankan bahwa keputusan Trump bukan "status final" dan isu Israel-Palestina tetap harus diselesaikan melalui perundingan damai.
"Kalian semua tahu bahwa pemerintahan kali ini unik. Langkah-langkahnya berani. Tapi langkah yang berani ini diperlukan jika ingin upaya perdamaian sukses," tulis dokumen itu.
Dalam dokumen lainnya dengan tanggal yang sama menunjukkan bahwa Kemlu AS membentuk gugus tugas khusus untuk memantau reaksi di seluruh dunia atas keputusan Trump tersebut.
Kemlu AS menolak mengomentari dokumen tersebut. Namun seorang pejabat AS yang tidak ingin disebut namanya mengatakan perintah dan pembentukan gugus tugas adalah standar operasional "setiap kali ada kekhawatiran tentang keamanan dan keselamatan personel atau rakyat AS" di luar negeri.
ADVERTISEMENT