Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Bahaya Lapen, Miras Oplosan Asal Yogyakarta
4 September 2018 14:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Bagi warga Yogyakarta atau yang pernah tinggal di Yogyakarta pasti tidak asing dengan miras oplosan bernama lapen. Kata lapen, merupakan singkatan dari langsung pening, karena efek yang dihasilkan minuman ini bisa membuat semaput orang-orang yang menenggaknya.
ADVERTISEMENT
Dari catatan kumparan, sejumlah kasus tewasnya penenggak lapen sering terjadi. Yang paling heboh terjadi pada tahun 2016 lalu, ada 26 orang tewas akibat lapen.
Meski merenggut banyak nyawa, peredaran lapen masih marak hingga kini. Terbukti dengan ditangkapnya dua produsen lapen yang memproduksi 1.150 plastik miras oplosan yang dimusnahkan pada Selasa (4/9) di halaman Mapolda DIY.
Harga lapen yang merakyat menjadikan permintaan untuk miras oplosan ini tetap tinggi. Satu plastik lapen dijual seharga Rp 5 ribu. Harga tersebut tentu masih ramah bagi kalangan bawah. Tak hanya itu, mahasiswa yang tengah berkantong cekak pun tak sungkan menenggaknya.
"Dari masyarakat menjual lapen untuk kalangan bawah seperti mahasiswa, kuli-kuli. Harganya Rp 5 ribu per plastik isi setengah kilo, ada alkohol, susu, juga jamu, berdasarkan pengakuan juga dicampur zat lain," jelas Dirreskrimsus Polda DIY Kombes Pol Gatot Budi Utomo saat pemusnahan lapen di Mapolda DIY, Selasa (4/9).
ADVERTISEMENT
Gatot mengatakan, efek lapen sangat dahsyat karena ada masyarakat yang nekat mencampurnya dengan minyak tanah.
"Kalau oplosan ditambahi zat-zat lain dengan obat nyamuk kemudian dengan minyak tanah tentu menyebabkan fatal bisa meninggal dunia," tegasnya.
"Efeknya ya lapen langsung pening. Kita minum itu otomatis ada gangguan kesadaran, berbahaya untuk siapa pun, lama-lama orang terganggu kesadaran jadi bodoh. Minuman ini dianggap merusak generasi penerus bangsa," timpalnya.
Meski mematikan, berjualan lapen menjanjikan keuntungan yang nyata. Meski hanya dijual seharga Rp 5 ribu, namun karena permintaan yang tinggi produsen bisa memperoleh keuntungan hingga Rp 300 ribu per hari. Polisi pun mengaku saat ini tengah gencar memerangi minuman beralkohol.
"Kalau pengoplos lebih banyak, dampaknya lebih banyak," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Supriadi produsen lapen yang telah ditetapkan tersangka bersama rekannya mengaku sesuka hati mencampur lapen. Bahan utama lapen tetap alkohol, namun ia mencampurnya dengan pewarna roti hingga serbuk jamu.
"Pewarna roti sama serbuk (jamu) saya campur. Kurang lebih dua tahun (jadi produsen)," singkatnya.
Sementara Hidayat, warga asli Gunungkidul (30) yang lama bermukim di Kota Yogyakarta mengaku sering mendengar soal lapen. Namun ia memilih untuk tidak meminumnya karena khawatir akan bahaya yang ditimbulkan.
Tapi tak dipungkirinya, banyak rekan-rekannya yang mengonsumsi lapen karena alasan murah dan rasanya yang kuat.
"Selain murah, katanya strong," tuturnya.
Live Update