Bayi Kembar Siam di Gunungkidul Butuh Bantuan Dana untuk Operasi

26 September 2018 17:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi kembar siam Meisya dan Meikha Sahyana sedang dipangku ibunya, Eka Handayani, di Gunungkidul, DIY, Rabu (26/9/2018). (Foto:  Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi kembar siam Meisya dan Meikha Sahyana sedang dipangku ibunya, Eka Handayani, di Gunungkidul, DIY, Rabu (26/9/2018). (Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bayi kembar siam berjenis kelamin perempuan bernama Meisya Sahyana dan Meikha Sahyana lahir di Gunungkidul, Yogyakarta. Putri pasangan Ari Sahyana (28) dan Eka Handayani tersebut kini telah berusia empat bulan dan membutuhkan uluran tangan dari para dermawan untuk memisahkan badan mereka yang menempel.
ADVERTISEMENT
Kabid Humas Polda DIY AKBP Yuliyanto menjelaskan, keberadaan bayi kembar siam tersebut diketahui oleh anggota Polda DIY Brigadir Nur Ali saat menyambangi rumah Mbah Sis, kakek dari bayi kembat tersebut, di Desa Pabregan, Sumberejo, Semin, Gunungkidul, pada Selasa (25/9).
"Selasa, 25 September pukul 12.30 WIB bertempat di rumah Bapak Sis telah dilaksanakan kegiatan sambang terhadap warga masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi dan memiliki anak yang kembar namun dampit, badannya nempel," terang Yuliyanto dalam keterangannya, Rabu (26/9).
Yuliyanto mengatakan, bayi Meisya dan Meikha saat ini dalam kondisi sehat. Kondisi organ tubuh utama masing-masing bayi juga normal, namun keduanya hanya memiliki satu usus besar.
"Saat ini dengan kondisi tersebut untuk bergerak pun sangat susah, bahkan keluarganya sangat kesulitan apabila harus melakukan tindakan medis yang membutuhkan biaya amat sangat banyak," bebernya.
ADVERTISEMENT
Mbah Sis dalam kesehariannya bekerja sebagai petani. Sementara Ari yang merupakan ayah bayi, bekerja sebagai buruh harian lepas. Kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut sangat bergantung pada hasil palawija Mbah Sis. Sementara hasil kerja serabutan Ari tak menentu.
"Pak Sis beserta Istri merupakan petani palawija, sedangkan menantunya menjadi buruh serabutan, serta anaknya (ibu bayi kembar) saudari Eka saat ini pengangguran. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga Bapak Sis hanya bergantung pada hasil palawija maupun hasil kerja serabutan, dan itu pun tidak dapat diandalkan," jelasnya.
Bayi kembar tersebut lahir pada 14 Mei lalu dengan berat total 3,5 kilogram di Rumah Sakit Sardjito. Awalnya ibu bayi kembar siam, Eka Handayani, tak menyangka bayi yang dikandungnya akan mengalami kondisi seperti itu. Namun Eka mengaku di usia 4 atau 5 bulan, kandungannya tak begitu aktif.
ADVERTISEMENT
"Tapi sejak usia 2 bulan keduanya telah berbobot 6,5 kg lebih," jelas Eka.
Seorang bidan menganjurkan Eka untuk melakukan USG di puskesmas. Saat itu terlihat kejanggalan karena ukuran bayi yang cukup besar. Dari sana, Eka kemudian dirujuk untuk melakukan USG di rumah sakit yang berada di kawasan Cawas.
Setelah melihat hasil USG, Eka dan keluarga kaget karena janin yang dikandung wanita ini merupakan kembar siam. Untuk melahirkannya juga harus dengan proses caesar.
"Saya terus menjaga pola makan, tidak ada yang aneh dengan anak saya. Saya juga tidak ada firasat kalau anak saya akan seperti ini, bahkan mimpi sekalipun. Ini merupakan rezeki yang tiada saya kira dari Allah, bagaimanapun saya tetap bersyukur," ucap Eka terbata-bata.
ADVERTISEMENT
Harapan untuk memisahkan anaknya memang tetap ada. Eka mengaku baru akan berkonsultasi dengan dokter ketika anaknya berusia lebih dari 6 bulan. Sebab dokter pernah memberitahu jika anaknya baru bisa dipisah ketika berusia di atas 6 bulan untuk menghindari risiko pendarahan.
"Untuk kelahiran beberapa bulan lalu, biayanya mencapai Rp 120 juta. Tetapi kami bersyukur karena ada BPJS. Saat ini saya sendiri belum tahu apakah anaknya akan dipisahkan atau tidak. Sebab sampai saya juga belum berkonsultasi kembali dengan dokter di Sardjito," ungkap Eka.