Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berdasarkan studi Economist Intelligence Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition tahun 2016, rata-rata tiap orang di Indonesia membuang makanan hingga 300 kg/tahun. Angka ini menjadi ironi saat masih banyaknya orang-orang tak beruntung yang sulit mendapatkan makanan.
Melihat hal itu Foodbank of Indonesia (FOI) membuat gerakan untuk berbagi sisa makanan bagi orang yang membutuhkan. FOI bekerjasama dengan beberapa pengusaha untuk menjadi donatur makanan. Seperti Bridestory yang menyumbangkan sisa katering pernikahan. Ada juga pengusaha yang memberikan donasi makanan mentah untuk diolah oleh FOI.
Ketua Pembina FOI, Hendro Utomo mengatakan lembaga ini didirikan untuk membantu mengatasi kesenjangan pangan di masyarakat. Makanan yang diberikan selalu dalam bentuk siap saji.
“Kita berikan dalam bentuk yang sudah siap untuk dimakan. Dan juga supaya enggak terlalu merepotkan,” kata Hendro saat berbincang dengan kumparan di kantornya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Hendro mengaku tidak pernah berpikir untuk bisa membantu masyarakat seperti sekarang. Dia pernah merasa bingung dari mana uang yang didapat untuk memberikan makanan kepada orang lain secara cuma-cuma.
Namun kebingungan itu terjawab setelah Hendro melihat orang tua temannya yang gemar memberikan makan gratis untuk kaum duafa. Kala itu dia melihat orang tua temannya membuka bagasi rumah, dan menaruh banyak makanan di sana agar bisa diambil secara cuma-cuma oleh mereka yang membutuhkan.
“Dan itu orang terus menerus datang, terus saya tanya, itu rezekinya dari mana, apa enggak berat ngasih makan segitu banyak orang?” cerita Hendro.
Makanan tersebut selalu tersedia dan si pemberi tak pernah merasa rugi. Hendro lantas bertanya apa rahasianya.
ADVERTISEMENT
“Ternyata ketika dia sudah mulai, kemudian orang-orang tahu bahwa dia suka memberikan makan fakir miskin, (akhirnya) banyak orang yang ikutan,” jelasnya.
Dari pengalamannya itu, Hendro akhirnya berpikir bahwa memberi tidak akan mengurangi. Dia pun tidak khawatir untuk terus memberi.
“Jadi itu sebuah rezeki yang enggak ada habis-habisnya gitu. Saya ambil poinnya adalah jangan takut kalau kita berbagi sama orang lain,” ucap Hendro.
Hendro bukan hanya memberi, tapi juga dilihat apakah makanan yang didonasikan bermanfaat.
“Jadi kita lihat siapa yang butuh, kemudian kita pantau, ketika kita memberi bantuan secara teratur, ada keberhasilannya enggak, mungkin begitu akan lebih baik,” tuturnya.
Dari gagasannya sekarang, Hendro sudah bisa menyebarkan kebaikan dengan cara yang lebih tersusun. Dia melakukan survei agar pemberiannya sesuai target. Bahkan sekarang sudah ada cabang FOI di berbagai daerah.
ADVERTISEMENT