Bimanesh Cerita Setnov saat di RS: Muka Dibalut Selimut Seperti Hijab

19 April 2018 12:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bimanesh Sutarjo di Pengadioan Tipikor Jakarta. (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bimanesh Sutarjo di Pengadioan Tipikor Jakarta. (Foto: Aprilandika Pratama/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dokter Bimanesh Sutarjo mengakui ada beberapa kejanggalan pada saat Setya Novanto masuk Rumah Sakit Medika Permata Hijau. Salah satunya adalah tiba-tiba ada perubahan diagnosis Setya Novanto dari hipertensi menjadi kecelakaan.
ADVERTISEMENT
Pada saat Setya Novanto datang ke rumah sakit, Bimanesh pun mengaku janggal dengan kondisi mantan Ketua DPR itu. Menurut dia, ketika itu Setnov --sapaan Setya Novanto-- datang dalam kondisi muka yang ditutupi selimut.
"Lalu yang buat saya janggal ini ada pasien mukanya dibalut dengan selimut seperti hijab yang tebal lah," kata Bimanesh dalam kesaksiannya untuk terdakwa Fredrich Yunadi di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (19/4).
Setya Novanto dipindahkan ke RSCM (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Setya Novanto dipindahkan ke RSCM (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
Ia mengaku tidak mengetahui kondisi Setnov pada saat itu sadar atau pingsan. Sebab menurut dia, mata Setnov terus terpejam.
Bimanesh menambahkan, terdapat beberapa bekas luka yang dialami Setnov pada saat itu.
"Saya perhatikan secara umum, di luar, ada beberapa cedera lecet di leher, di pipi kiri, di jidat, jadi seperti lecet 1,5 cm yang diakibatkan goresan benda tumpul. Jadi ada pendarahan di bawah kulit, kulit ari terkelupas, ada bengkak sedikit sekitar 1,5 cm. Luas lecet 7,5 cm gitu lah, lonjong seperti telur," kata dia.
ADVERTISEMENT
Bimanesh pun sempat bertanya langsung kepada Setnov soal kondisinya. Setnov pun menjawab bahwa ia merasa pusing.
"Lalu saya minta suster ambil alat-alat untuk cek kondisi vitalnya dulu seperti tensi 180/110 yang tinggi sekali tensinya. Saya katakan malam ini harus istirahat betul, beliau merespon hanya mengangguk saja," kata dia.
"Dalam pemikiran kami, kalau tensi segitu itu, hipertensi yang emergency, harus segera kami turunkan itu, untuk menurunkan risiko stroke dan serangan jantung. Saya enggak begitu perhatikan luka lecet tadi. Saya justru perhatikan tensinya itu," imbuh dia.