Bincang kumparan: Di Balik Ambisi Cak Imin Jadi Cawapres Jokowi

28 Mei 2018 9:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Gayanya rame dan perlente. Mengenakan kemeja putih dan celana panjang cokelat, dengan suaranya yang khas, ia langsung menyapa awak redaksi saat masuk ke ruang redaksi kumparan kumparan, Kamis (24/5) lalu.
ADVERTISEMENT
"Assalamualaikum," ujar Ketum PKB Muhaimin Iskandar atau yang akrab dipanggil Cak Imin dengan suaranya yang khas, memecah keheningan ruang redaksi yang sedang hectic.
"Waalaikumsalam," balas awak redaksi.
Ruang redaksi News kumparan seketika berubah ramai. Dengan gayanya yang santai, Cak Imin menyalami beberapa awak redaksi yang sedang duduk di meja sembari mengetik. Ia pun sesekali ngobrol santai dengan beberapa orang yang sudah atau belum dikenalnya.
Tiba sekitar pukul 15.00 WIB, Cak Imin didampingi sejumlah elite PKB. Mulai dari Ketua DPP sekaligus anggota DPR dari PKB, Jazilul Fawaid, Wasekjen merangkap anggota DPR Faisol Reza, anggota DPR Komisi III Anwar Rachman hingga anggota Komisi X DPR RI Arzeti Bilbina. Hari itu, Cak Imin berkunjung ke kantor kami. Silaturahmi dan tentunya wawancara khusus.
ADVERTISEMENT
Usai sesi ramah tamah dengan punggawa redaksi, Cak Imin diterima di sebuah ruangan lain untuk sesi ngobrol lalu dilanjutkan dengan wawancara. Pilpres 2019 tentunya menjadi bahasan utama kami dan Cak Imin.
Cak Imin di kantor kumparan (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
Dalam kesempatan itu, Wakil Ketua MPR ini membeberkan cerita di balik ambisinya menjadi cawapres Jokowi. Sudah aktif memasang baliho serta rutin bersafari politik ke seluruh nusantara sejak tahun lalu, mantan pimpinan DPR ini tak main-main mengejar posisi RI-2.
"Ya masak main-main, ya serius dong. Sudah keluar banyak," katanya sambil terbahak.
Target utamanya tentu menjadi cawapres Jokowi. Pria berusia 51 tahun ini mengungkapkan alasannya ngotot menjadi cawapres Jokowi.
"Pertama, dari sisi visi. Visi Pak Jokowi berupa Nawa Cita dan Trisakti ini dahsyat ya. Sangat kontekstual dengan perkembangan zaman, kontekstual dengan Indonesia hari ini," lanjut dia.
A. Muhaimin Iskandar dan Joko Widodo (Foto: Instagram@cakiminow)
Menurut Cak Imin, dalam Trisakti terselip konsep kemandirian politik, ekonomi, hingga budaya. Sebuah konsep yang sudah wajib hukumnya dimiliki Indonesia. Apalagi, lanjut dia, saat ini, ekonomi seakan tidak berdaya. Semua masih bergantung ke impor.
ADVERTISEMENT
Dari segi politik, Indonesia masih harus beradaptasi dengan kondisi global yang serba tidak pasti. Mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi di era SBY ini menyebut banyak faktor yang membuat politik RI belum mandiri. Sementara dari sisi kebudayaan, revolusi mental belum terwujud dengan optimal.
"Visi yang indah-indah ini, saya rasanya terpanggil untuk membantu agar visi Trisakti dan Nawa Cita bisa kita laksanakan," jelas lulusan Universitas Gadjah Mada ini.
Alasan kedua, Cak Imin mengaku dapat mandat dari para kiai di belakang PKB dan Nahdlatul Ulama untuk maju sebagai cawapres. Selain itu, posisi Jokowi sebagai calon incumbent seakan menjadi magnet bagi siapapun yang ingin jadi cawapres di 2019.
Mulai dari logistik yang kuat hingga instrumen yang mendukung. Sebut saja, Jokowi sudah mengantongi dukungan dari 7 parpol atau 290 kursi di parlemen. Belum lagi mesin relawan yang sudah terbentuk dari 2014. Hal ini, diakui Cak Imin, menjadi daya tarik dari Jokowi.
Cak Imin Temui Airlangga Hartanto (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Namun, Cak Imin tak memungkiri belum ada jaminan sang capres petahana akan memilihnya di 2019. Ia menyebut banyak yang mengincar posisi cawapres Jokowi. Sebut saja Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PPP M. Romahurmuziy, Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.
ADVERTISEMENT
Dari tokoh nonparpol, ada nama Kepala KSP Moeldoko. Belakangan, muncul wacana kembali menyandingkan Jokowi dengan JK di 2019. Namun Cak Imin tak gentar.
"Ini saya sampaikan juga kepada para kiai. Kiai, ini tidak mudah, alternatif Pak Jokowi banyak," jelas Cak Imin.
Ada satu pesan dari para kiai yang selalu diingat Cak Imin. Dan pesan inilah yang membuatnya terus bertarung demi posisi cawapres Jokowi.
"Beliau-beliau (kiai) bilang, jalan saja dulu. Dalam kaca mata kami, Pak Jokowi pada akhirnya tidak ada pilihan. Makanya memilih kamu," ujar Cak Imin menirukan ucapan para kiai.
"Karena penugasannya seperti itu, ya saya jalan terus. Sampai pada keyakinan pasti akan sampai, tujuan akan tercapai," lanjut ayah tiga anak ini.
ADVERTISEMENT
Pindah haluan jika ditolak Jokowi?
Jokowi, Prabowo dan SBY (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan dan Puspa Perwitasari/ANTARA)
Lalu, apakah Cak Imin akan menyeberang ke koalisi lawan jika ditolak Jokowi. Hingga saat ini, ia mengaku belum memikirkan secara matang skenario alternatif pindah haluan.
Hal ini bukan tanpa sebab. Pasalnya, selain Jokowi, Cak Imin belum melihat adanya keseriusan dari kubu lawan untuk maju di 2019.
"Jujur saja, sampai saat ini, calon presiden alternatif belum menguat, belum ada. Ada Pak Prabowo tapi ya masih belum aktual keseriusannya kayak apa," jelasnya.
Pun, ia mengakui ada Partai Demokrat yang beberapa kali berkoar-koar akan menjadi inisiator poros ketiga. Tapi, lagi-lagi, bagi Cak Imin, wacana itu masih faktual.
"Saya dengar-dengar begitu. Sampai detik ini, hanya bersifat isu belum ada yang berani menjelaskan kepada saya bahwa alternatif itu faktual, semua masih isu," kata dia.
ADVERTISEMENT
Karena belum ada tawaran koalisi yang faktual inilah, Cak Imin masih terus berjuang agar bisa menjadi pendamping Jokowi. Singkat kata, ia memilih yang pasti-pasti saja.
Lobi langsung ke Jokowi di Istana
Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, lobi langsung ke sang capres petahana bolak balik dilakukan. Cak Imin mengaku sering bertemu Jokowi di Istana. Ia seringkali dipanggil Jokowi. Jika tidak dipanggil, ia mengaku meminta waktu untuk bertemu.
Tak hanya bicara soal wacanya nyawapres di 2019, dalam pertemuan itu, Cak Imin dan Jokowi membahas berbagai isu nasional yang tengah menghangat. Bagi Cak Imin, lobi tak melulu soal pinangan. Membangun chemistry untuk mengatasi serangkaian isu, apalagi yang menyerang pemerintahan juga bisa menjadi cara membentuk kepercayaan dengan Jokowi.
ADVERTISEMENT
"Kalau saya minta waktu biasanya ada tema-tema yang dititipkan ke saya dari masyarakat, kiai, dari ulama. Tapi hampir rutin sih (bertemu). Kebutuhan saya kan menyalurkan, mengadvokasi, meminta bantuan agar problem-problem diatasi di masyarakat," jelasnya.
Namun, urusan pinang meminang di 2019 sudah pasti jadi bahasan meski belum ada deal yang eksplisit. Cak Imin menyebut Jokowi mengatakan keputusan akan diambil setelah 27 Juni atau pencoblosan di pilkada serentak.
Cak Imin dan Ambisi Cawapres. (Foto: kumparan)
"Nah, bagaimana yang terbaik, nanti dalam proses tentu akan terjadi dialog, terjadi saling analisa bagaimana yang terbaik untuk periode berikutnya," ujarnya.
Cak Imin pun sudah memaparkan "syaratnya" kepada Jokowi. Kepada Jokowi, ia menekankan Muhaimin bukan hanya soal Muhaimin sebagai pribadi. Di belakangnya ada visi, misi, dan penugasan dari kiai. Syarat inilah yang juga harus dipertimbangkan oleh Jokowi dan koalisi di belakangnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi nanti saya pada koalisi menyampaikan, setelah pilkada itu. Syarat kami itu, ini. Kalau enggak tercapai, saya belum tentu mau," imbuhnya.