Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Bunyi mesin hair dryer saut menyaut di salah satu rumah penjaja pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Saritem, Kota Bandung. Salah satu PSK di ruangan tersebut tengah mengeringkan rambut pirangnya. Pupur dan lipstik sudah menempel pada wajahnya. Pakaiannya pun sangat menggoda. Dengan tanktop berwarna cerah, rok mini serta parfum yang berbau pekat ia siap menjajakan diri kepada pelanggan hidung belang yang sudah mengantre di Saritem.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, sekitar 5 sampai 6 wanita lain sedang asik bermain gawai sambil sesekali menyambut tamu yang datang, sekadar melihat-lihat. Tak jarang mereka menggoda para calon tamunya untuk berkencan.
"Ayo kang," sapa seorang wanita berpakaian seksi di salah satu rumah yang menjajakan PSK di Saritem kepada kumparan, Rabu (28/3).
Meski saat itu hari belum gelap, penikmat wisata esek-esek sudah nampak berkeliling di lorong-lorong gang Saritem. Mereka nampak melihat-lihat calon pasangan kencannya dari balik jendela. Bila tidak ada wanita yang sesuai, mereka bisa minta diantar berkeliling ke rumah lain sampai menemukan pasangan kencan yang pas.
Suasana tersebut terekam saat kumparan mengunjungi lokalisasi tertua di Kota Bandung itu, pada Rabu sore. Saat kumparan tiba di mulut gang Saritem, seorang calo langsung menghampiri. Ia mengajak kumparan berkeliling gang-gang yang menjajakan PSK.
ADVERTISEMENT
"Aman ayeunamah ( kalau sekarang)," ujar calo tersebut kepada kumparan yang saat itu menyamar sebagai pelanggan.
Lokalisasi yang berada di Kecamatan Andir, Kota Bandung ini berada di tengah-tengah kota. Lokasinya hanya berjarak kurang lebih 5 kilometer dari Alun-alun Kota Bandung. Atau hanya berjarak 2 kilometer dari Stasiun Bandung.
Saritem adalah nama sebuah kawasan di daerah tersebut. Lokasinya berada di tengah pemukiman padat penduduk. Sekilas, tak ada yang beda dari suasana kawasan padat penduduk di Kota Bandung pada umumnya. Bocah-bocah nampak asik bermain bola di dalam gang, atau yang lainnya asyik di rumah ibadah.
Di dalam komplek Saritem terdapat sebuah masjid yang juga merangkap sebagai pondok pesantren. Jarak masjid tersebut dengan lokalisasi hanya berjarak sepelemparan batu saja. Bila berjalan kaki hanya perlu melangkahkan kaki sekitar 20 langkah.
ADVERTISEMENT
Adapun, lokalisasi tersebut berada di sepanjang 3 gang yang masuk dalam 2 wilayah Rukun Warga. Rumah-rumah di dalam gang tersebut disulap menjadi losmen dan "ruang display" para PSK. Ada juga rumah yang dijadikan bar dan tempat makan.
Dalam setiap rumah, terdapat 5 hingga 12 wanita yang dijajakan. Umurnya pun bervariatif. Mulai dari 20-40 tahun. Saritem buka mulai pukul 11.00 WIB hingga 23.00 WIB.
"Kalau sore kayak gini masih sepi. Jadi pada nyantai. Kalau malam mereka kejar setoran. Jadi mainnya agak rusuh," kata calo itu.
Untuk tarif sekali kencan harganya bervariatif. Menurut calo yang mendampingi kumparan, harga sekali kencan di sana dipatok mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 600 ribu. Harga tersebut hanya untuk membayar tarif PSK-nya saja. Untuk kamar, minum dan perlengkapan seperti kondom pelanggan harus merogoh koceknya lagi.
ADVERTISEMENT
"Kalau kamar mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu. Yang Rp 100 ribu sudah lengkap dengan tv," katanya.
Calo tersebut pun menjamin soal kesehatan para PSK di Saritem. Menurutnya, PSK di sana rajin melakukan check-up untuk menghindari penyakit menular akibat berhubungan seks.
"Bersih-bersih di sini mah," ujarnya.
Saritem Sempat Digerebek
Sebenarnya, Pemerintah Kota Bandung telah menutup lokalisasi Saritem ini pada 2015. Saat itu, penggerebekan dalam skala besar dilakukan oleh Polrestabes Bandung. Ratusan PSK pun dikirim ke Dinas Sosial untuk diberikan penyuluhan dan diberi pelatihan.
Bahkan, Pemkot Bandung saat dipimpin oleh Wali Kota Ridwan Kamil telah berencana menyulap Saritem menjadi kawasan industri emas. Namun, hingga saat ini rencana tersebut belum juga nampak.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum Ridwan Kamil memimpin, kawasan itu pun sempat digembor-gemborkan telah ditutup. Pada 2007, Pemkot Bandung di bawah kepemimpinan Wali Kota Dada Rosada, secara resmi menutup lokalisasi tersebut. Pemerintah pada saat itu, telah membeli sejumlah lahan di Saritem, salah satunya dibuat untuk dijadikan pondok pesantren At Taubah.
Namun, hingga saat ini upaya penertiban Saritem tak kunjung membuahkan hasil. Saritem tetap berdenyut mengikuti permintaan pasar yang tak pernah surut.
Sementara itu, sekitar 3 wanita secara serempak beranjak dari kursi tempat ia menunggu pelanggan dari dalam rumah. Salah satunya, ialah wanita berambut pirang yang baru saja mengeringkan rambutnya. Rupanya sudah ada tamu yang menunggu dia.
"Sudah ada yang manggil," ujar calo itu kepada kumparan.
ADVERTISEMENT