BMKG: Erupsi Anak Krakatau Penyebab Tsunami Anyer

23 Desember 2018 2:13 WIB
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG. (Foto: Fauzan Anangga/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG. (Foto: Fauzan Anangga/kumparan)
ADVERTISEMENT
Setelah berdebat panjang, akhirnya BMKG menyatakan bahwa gelombang pasang air laut di Pantai Anyer, Serang, Banten adalah tsunami.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini ditetapkan di tengah perdebatan mengenai istilah yang 'tepat' untuk menggambarkan fenomena alam yang terjadi di kawasan Pantai Anyer.
Sebelumnya, BMKG dan BNPB mengatakan gelombang pasang tersebut hanyalah fenomena alam biasa yang disebabkan bulan purnama, sehingga air laut naik mencapai ke daratan. Namun, setelah dikaji kembali, BMKG`dan Badan Geologi--institusi yang memiliki otoritas untuk menetapkan fenomena alam di Indonesia--memastikan gelombang air laut tersebut merupakan tsunami.
"Setelah kami analisis lebih lanjut itu merupakan gelombang tsunami tipe polanya mirip gelombang tsunami yang terjadi di Palu. Sehingga kami koordinasi dan akhirnya kami sepakat diduga (tsunami), karena datanya belum cukup kami belum bisa cek ke lapangan," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam keterangannya saat jumpa pers di Kantor BMKG, Jakarta, Minggu (23/12), pukul 02.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, pada tanggal 21 Desember lalu, Badan Geologi mencatat ada aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau. Namun, ia memastikan bahwa ini adalah fenomena alam yang berbeda tetapi terjadi di lokasi yang sama dan menyebabkan gelombang tinggi di pantai Anyer dan Lampung.
"Kemarin pukul 13.51 WIB pada 21 Desember, Badan Geologi mengumumkan erupsi Gunung Anak Krakatau level meningkat pada level waspada. Kemudian juga BMKG mulai kemarin pukul 07.00 WIB memberi peringatan dini karena kami mendeteksi potensi gelombag tinggi di perairan Selat Sunda mulai 21-25 Desember, ini dua peristiwa berbeda tapi terjadi di lokasi yang sama," tuturnya.
"22 Desember pukul 21.03 badan geologi menyatakan ada erupsi lagi Anak Gunung Krakatau. Kemudan pukul 21.27 WIB, permukaan air meningkat," imbuh Dwikorita.
ADVERTISEMENT
Dwikorita mengharapkan masyarakat tetap tenang, ia juga mengimbau masyarakat menghindari area pantai yang terletak di Selat Sunda. Sebab, ia belum bisa memastikan fenomena alam yang akan terjadi berikutnya.
"Tsunami terdekteksi cukup jauh sampai ke Bandar Lampung, Cilegon, Banten, Serang, energinya cukup tinggi sehingga paling penting bagi masyrakat tetap tenang. Mohon jangan berada di pantai yang Selat Sunda. baik di Lampung, Banten jangan kembali dulu karena pemicunya ini masih diduga," pungkasnya.