Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
BMKG menyebut fenomena iklim di Indonesia saat ini masih dalam keadaan normal, meskipun ada pengaruh El Nino. Hal itu karena jenis El Nino yang sampai ke wilayah Indonesia berada dalam level rendah, sehingga tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap zona musim Indonesia.
ADVERTISEMENT
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, usai menghadiri lokakarya yang bertajuk 'Prospek Perkembangan El Nino 2019: Dampaknya terhadap Anomali Iklim dan Pertanian Indonesia', bertempat di Ballroom IPB International Convention Center, Bogor, Selasa (26/2).
"Ada potensi El Nino lemah sampai bulan Juli. Kategorinya di bawah 1 tapi di atas 0,5. Kita prediksi ada pengaruh El Nino, tapi karena kategorinya lemah, jadi tidak berdampak signifikan," ungkap Herizal.
Menurut Herizal, fenomena iklim bernama El Nino bukan pertama kali menghampiri Indonesia, melainkan sudah terjadi di masa sabelum ini. Bahkan, katanya, dampak El Nino pernah lebih kuat pada tahun 1997, yang menimbulkan kemarau panjang di Indonesia.
Namun, Herizal tetap mengimbau agar masyarakat bijak dan waspada. Meskipun potensinya lemah, El Nino masih akan menyasar wilayah Indonesia sampai beberapa bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
"(El Nino) di tahun ini masih ada. Itu dimulai sejak Oktober (2018) kemarin fase awalnya. Dia akan memuncak sampai Juni atau Juli 2019. Nah, setelah itu, prediksinya, akan mulai netral," terang Herizal.
El Nino di tahun ini terjadi saat peralihan musim kemarau ke musim hujan. Karena itu, efek fenomena El Nino di Laut Pasifik tidak sampai memicu kemarau ekstrem di wilayah Indonesia.
"Sampai Maret curah hujan (Indonesia) masih potensi tinggi. Ia kemudian jadi lebih kering di bulan April, Mei dan Juni. Juli atau sekitar Agustus, akan ada iklim yang kering," jelas Herizal.
Iklim Kering Juni-September 2019
Tidak jauh dari perhitungan BMKG, peneliti di Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB, Rahmad Hidayat, juga mengatakan dalam paparannya bahwa periode iklim kering di Indonesia akan mulai berlangsung di bulan Juni sampai September 2019. Masa itu adalah masa El Nino mulai memasuki status netral. Artinya, daya pengaruhnya terhadap suhu permukaan laut dan kemudian iklim di Indonesia terbilang lemah.
ADVERTISEMENT
"Peluang terjadinya El Nino sebesar 55-60%, (perhitungan persentase yang nilainya sama dengan angka >0,5 versi BMKG). Juli sampai September 2019 iklim diperkirakan lebih kering," jelasnya.
El Nino merupakan salah satu fenomena Iklim yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan atau anomali iklim di Indonesia. Ia adalah suatu fase hangat dalam fenomena besar yang dikenal dengan ENSO. Di Indonesia, fase ini berkemungkinan menyebabkan kekeringan yang panjang.
Namun begitu, tidak semua kategori El Nino bisa berdampak demikian. Seperti di tahun ini, fenomena El Nino tercatat berada dalam skala >0,5, yang berarti berdaya-pengaruh rendah terhadap pola musim di Indonesia.
Lokakarya tentang El Nino 2019 ini diselenggarakan oleh IPB dengan mengundang pemangku kepentingan terkait, yaitu Kementerian Pertanian, BMKG, Kontak Tani Nelayan Andalan Indonesia (KTNA), dan sejumlah lembaga riset dan profesi. Forum ini juga membicarakan berbagai strategi terbaru bagi dunia pertanian dalam merespons perubahan iklim.
ADVERTISEMENT