BNPB Ajak Daerah Rawan Tsunami yang Belum Punya Shelter Tanam Pohon

21 Februari 2019 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo. Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo. Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Doni Monardo mengajak masyarakat yang tinggal di daerah rawan tsunami untuk menanam pohon. Pohon, kata Doni, dapat digunakan untuk berlindung apabila di daerah tersebut belum terdapat shelter tsunami.
ADVERTISEMENT
Menurut Doni, pohon ini selain dapat digunakan untuk berlindung, juga berfungsi untuk mengurangi kecepatan tsunami saat menghantam daratan. Mengingat, pemerintah saat ini masih belum bisa membangun banyak shelter di titik-titik rawan tsunami.
"Karena tsunami ini yang membahayakan bukan airnya saja, kecepatannya itu bisa mencapai lebih dari 100 kilometer per jam. Kecepatan yang kencang, ditambah lagi material yang ada di dalam air itu sangat mematikan karena ada batu, kayu, dan macam-macam," kata Doni dalam acara pembekalan bencana di Gedung BNPB, Jakarta Timur, Kamis (21/2).
"Cara menghindar gimana? Ya ada shelter, nah pemerintah kan tidak mungkin membangun shelter sedemikian banyak. Jadi daerah-daerah yang berpotensi terjadinya megathrust, terjadinya tsunami harus kita sampaikan, pemerintah tak mampu bangun sebanyak itu maka harus ada vegetasi pohon," tambahnya.
Foto aerial bangunan shelter tsunami Labuan, Pandeglang, Banten, Rabu (26/12/2018). Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Doni menuturkan, sudah ada beberapa contoh masyarakat di daerah yang diterjang tsunami dapat selamat karena adanya pohon. Seperti tsunami di Aceh; Carita, Banten; hingga Donggala, Sulteng.
ADVERTISEMENT
"Di tsunami Carita, beberapa rumah di sebuah kampung selamat karena di depannya ada vegetasi. Di Donggala juga begitu ada vegetasi, ada mangrove. Walaupun pohonnya hancur tetapi sudah mengurangi tekanan air tsunami," katanya.
"Di (tsunami) Aceh di lapangan yang jaraknya 1,5 km itu jaraknya pusat kota di pinggir pantai. Banyak juga yang selamat. Bagaimana bisa selamat? Naik pohon. Pohonnya apa? Trembesi," ujarnya.
Hutan Mangrove. Foto: Intan Alfitry Novian/kumparan
Dengan banyak contoh masyarakat yang selamat karena adanya pohon, Doni mengajak kepada masyarakat, terutama yang tinggal di daerah rawan tsunami, untuk mulai menanam pohon. Nantinya, pohon ini dapat dimodifikasi seperti menggunakan tangga, agar memudahkan apabila bencana datang dengan waktu yang cepat.
"Di daerah-daerah gempa. Di pinggir pantai yang berpotensi tsunami ditanami pohon, masyarakat mungkin agak susah naik pohon, tapi dikasihlah tangga, mungkin tali di situ. Jadi kalau ada info yang berhubungan dengan tsunami mereka bisa naik ke atas," sarannya.
ADVERTISEMENT