Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
BNPB: Indonesia Belum Punya Alat Pendeteksi Dini Tsunami Akibat Erupsi
24 Desember 2018 12:05 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:51 WIB

ADVERTISEMENT
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, Indonesia belum mempunyai alat pendeteksi dini terjadinya tsunami yang disebabkan karena longsor bawah laut dan erupsi gunung berapi. Menurut dia, alat yang saat ini dimiliki adalah sistem peringatan dini tsunami akibat gempa bumi.
ADVERTISEMENT
"Indonesia belum memiliki sistem peringatan dini tsunami yang disebabkan longsor bawah laut dan erupsi gunung api. Yang ada saat ini sistem peringatan dini yang dibangkitkan gempa. Sistem sudah berjalan baik. Kurang dari 5 menit setelah gempa BMKG dapat memberitahukan ke publik," kata Sutopo melalui akun Twitternya, @Sutopo_PN, Senin (24/12).
Meski demikian, ia menyebut bahwa jaringan buoy tsunami di perairan Indonesia sudah tidak beroperasi sejak 2012. Menurut dia, hal tersebut dikarenakan vandalisme, terbatasnya anggaran, serta kerusakan teknis.
Sutopo menyebut bahwa Indonesia perlu membangun sistem peringatan dini tsunami karena longsor bawah laut dan erupsi gunung api. Menurut dia, kejadian tsunami karena longsor bawah laut sudah pernah terjadi pada tahun 1992 di Maumere dan tahun 2018 di Palu.
ADVERTISEMENT
Terlebih, Indonesia tercatat mempunyai 127 gunung api atau 13 persen dari populasi gunung api di dunia. "Beberapa di antaranya gunung api ada di laut dan pulau kecil yang dapat menyebabkan tsunami saat erupsi. Tentu ini menjadi tantangan bagi PVMBG, BMKG, Kementerian atau Lembaga dan perguruan tinggi membangun peringatan dini," ujar dia.

Pada Sabtu malam (24/12), terjadi tsunami di Selat Sunda yang menerjang kawasan pesisir di Banten dan Lampung Selatan. Namun, BMKG tidak mengeluarkan peringatan dini, lantaran bukan disebabkan karena gempa bumi. Tsunami itu diduga akibat longsor bawah laut yang disebabkan oleh erupsi Gunung Anak Krakatau.
"Tidak ada peringatan dini tsunami di Selat Sunda pada (22/12/2018) malam. Tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya. Tidak terpantau tanda-tanda akan datangnya tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi," kata Sutopo.

Berdasarkan data BNPB hingga pukul 07.00 WIB, tsunami menyebabkan 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. Kerusakan fisik meliputi 611 unit rumah rusak, 69 unit hotel-vila rusak, 60 warung-toko rusak, dan 420 perahu-kapal rusak.
ADVERTISEMENT