BNPB Kerja Sama dengan Jepang Kembangkan Teknologi Prediksi Gempa

6 April 2017 12:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi Gempa (Foto: Thinkstockphotos)
Lebih dari 184 juta masyarakat Indonesia terpapar potensi gempa bumi pada kategori sedang hingga tinggi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Indonesia berniat bekerja sama dengan Jepang mengembangkan sebuah teknologi untuk memprediksi gempa dan tsunami.
ADVERTISEMENT
"Gempa bumi menjadi salah satu ancaman bencana besar di Indonesia. Hingga kini prediksi gempa secara pasti masih menjadi masalah. Kita belum mampu memprediksi gempa secara pasti kapan akan terjadi, di mana dan kapan. BMKG telah mampu mendeteksi gempa bumi. 5 menit gempa mampu diketahui dan disampaikan kepada banyak pihak," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Kamis (6/4).
Earthquake Prediction Research Centre Japan (EPRC) telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan kita memprediksi gempa dan tsunami sebagai bencana susulan. Ini yang mendorong BNPB berkepentingan untuk menerapkan teknologi tadi sebagai upaya peringatan dini.
"Teknologi yang dimaksud adalah gabungan teknologi canggih seperti satelit, radar, GPS sensor dan peralatan pendukung lain seperti pendeteksi gelombang elektromagnetik. Di samping itu, dukungan teknologi ini tentu disertai beragam data seperti tinggi muka air. Data yang digunakan berasal dari data yang diperoleh dari satelit milik Amerika Serikat, Rusia, Jerman dan Jepang. Beragam data tadi kemudian diolah dan dianalisis dengan supercomputer artificial intelligence," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Harapan dari pengembangan teknologi ini yaitu terwujudnya International Surface Artificial intelligence Communicator (ISACO). Nanti, setiap orang yang berada di wilayah rawan bencana akan mendapatkan informasi potensi ancaman gempa.
"Email peringatan dini dapat diakses melalui smartphone yang memberitahukan 1 hari jelang gempa berkekuatan 5 atau lebih terjadi. Namun demikian, pengetahuan risiko dan kesigapan untuk melakukan evakuasi ke tempat yang lebih tinggi juga sangat penting dipahami oleh setiap individu," tutur Sutopo.
Analisis dari teknologi yang digunakan menunjukkan hasil yang mencengangkan. Persentase akurasi dalam kurun waktu 3 tahun (1 Februari 2013 – 31 Januari 2016) menunjukkan nilai tinggi.
Gempa dengan kekuatan magnitude 6 terjadi 38 kali dan terdeteksi sebelum gempa terjadi sebanyak 31 kali atau akurasi mencapai 82%. Gempa dengan magnitude 5 – 5,9, nilai akurasi sebesar 77%.
ADVERTISEMENT
"Melalui teknologi canggih ini, Jepang telah dapat memprediksi potensi gempa sehingga masyarakat dapat siap siaga mengantisipasi risiko terburuk. Jepang memprediksi gempa besar yang kemudian memicu tsunami. Apabila bencana itu terjadi, 323.000 jiwa di 30 prefektur terpapar bahaya tersebut," urai dia.
Menurut perhitungan EPRC, potensi kejadian berdasarkan data sudah mencapai 80%. Potensi gempa tersebut diperkirakan terjadi karena aktivitas lempeng tektonik Great Nankai Trough.
Ilustrasi gempa menghancurkan gedung-gedung. (Foto: Stringer/Reuters)
Peneliti EPRC asal Jepang Shigeyoshi Yagishita mengatakan, 1.400 tahun terakhir, gempa-gempa besar terjadi pada periode 100 – 200 tahun karena lempeng Nankai Trough.
“Sudah 70 tahun berlalu, dan kemungkinan gempa besar akan terjadi 30 tahun mendatang dengan kemungkinan 80%,” kata Shigeyoshi sebagai analis citra satelit.
Shigeyosi menambahkan, pihaknya telah mengetahui potensi gempa besar tadi, namun sangat sulit membangun tembok penghalang tsunami setinggi 10 meter di sepanjang kepulauan di Jepang.  Potensi gempa besar di Nankai Trough dapat memicu tsunami setinggi 34 meter di wilayah Tosashimizu, Kochi.
ADVERTISEMENT
EPRC berkeinginan untuk membantu Indonesia karena memiliki karakteristik di mana berada dekat dengan lempeng tektonik. Shigeyoshi menyatakan bahwa pihaknya tidak akan membebankan biaya kepada Pemerintah Indonesia apabila teknologi diterapkan di Indonesia.
EPRC memiliki tujuan yaitu menganalisis data besar dan menggunakan teknologi yang dipunyai untuk meminimalkan dampak gempabumi dan berkontribusi untuk menyelamatkan lebih banyak umat manusia di dunia.
Untuk penjajakan pengembangan teknologi prediksi gempa tersebut BNPB akan bekerjasama dengan BMKG, BIG, BPPT, perguruan tinggi dan institusi lainnya.
Seismograf, alat ukur gempa bumi. (Foto: Thinkstock/Petrovich9)