Bomber Wonocolo Dimakamkan di Lahan Milik Pemkab Sidoarjo

18 Mei 2018 16:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jenazah teroris bom Rusunawa Sidoarjo dimakamkan (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jenazah teroris bom Rusunawa Sidoarjo dimakamkan (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tiga jenazah pemilik bom yang meledak di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, Jawa Timur, akhirnya dimakamkan. Mereka dikuburkan di lahan milik Pemerintah Kabupaten Sidoarjo yang terletak di Kelurahan Pucang. Lahan itu biasa digunakan untuk menguburkan jenazah orang tidak dikenal.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang (Kabid) Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial Dinsos Sidoarjo, Wiyono, menyebutkan tiga jenazah itu pemakamannya berlangsung di lahan milik pemerintah setelah tidak ada keluarga yang mengambil. Selain itu, ada penolakan dari warga saat hendak dimakamkan di pemakaman umum.
"Alasannya dimakamkan di sini karena ditolak sama warga jenazahnya, keluarga juga enggak mengakui, ya akhirnya kita kubur di sini," kata Wiyono di lokasi pemakaman, Jumat (18/5).
Wiyono menjelaskan, tempat pemakaman bomber Rusunawa Wonocolo itu biasa digunakan untuk menguburkan jenazah mayat tanpa identitas. Lahan seluas 70x15 meter itu setiap tahunnya menguburkan sekitar 70 mayat.
Jenazah teroris bom Rusunawa Sidoarjo dimakamkan (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jenazah teroris bom Rusunawa Sidoarjo dimakamkan (Foto: Ferio Pristiawan/kumparan)
Untuk menguburkan tiga terduga teroris itu, Wiyono mengatakan harus memindahkan satu mayat yang dikuburkan di lahan milik pemkab tersebut. "Setelah dapat perintah untuk dikuburkan di sini, ya kita pindahkan 1 mayat Mr X, tapi kondisinya sudah tinggal tulang dan hanya kafan saja, sudah kita pindahkan," katanya.
ADVERTISEMENT
Anton Ferdiantono, Sari Puspitarini, dan Hilya Aulia Rahman tewas pada Minggu (13/5). Sari yang merupakan istri Anton dan Hilya yang merupakan anaknya, tewas seketika saat bom yang dirakit Anton meledak. Sedangkan Anton yang masih hidup setelah bom meledak ditembak polisi karena masih memegang detonator untuk memicu ledakan.
Keluarga Anton diduga masih ada hubungan dengan keluarga teroris lainnya di Surabaya. Polisi menyebutkan mereka mengadakan pengajian mingguan di rumah Dita Oeprianto di Wonorejo Asri, Surabaya.