Brigadir Rangga Kesal Bripka Rachmat Tangkap Keponakan Usai Tawuran

26 Juli 2019 15:07 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kabagpenum Mabes Polri, Kombes Pol Asep Adi Saputra. Foto: Ricky Febrian/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kabagpenum Mabes Polri, Kombes Pol Asep Adi Saputra. Foto: Ricky Febrian/kumparan
ADVERTISEMENT
Brigadir Rangga Tianto, anggota Baharkam Polairud Mabes Polri memuncak emosinya, ketika Bripka Rachmat Effendi, anggota Pokdar Babinkamtibmas Polsek Cimanggis, enggan melepaskan FH.
ADVERTISEMENT
Untuk diketahui, FH merupakan keponakan Rangga yang diamankan oleh Racmhat karena terlibat tawuran.
Saat kejadian, orang tua FH dan Rachmat selaku paman mendatangi kantor SPKT Polsek Cimanggis. Saat itu mereka meminta agar FH dilepaskan.
“Sekali lagi jadi catatan, pelaku atas nama Brigadir Rangga ini merupakan paman dari saudara FH yang diamankan oleh Bripka Rahmad tersebut,” kata Kabagpenum Mabes Polri, Kombes Pol Asep Adi Sudrajat, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (26/7).
Karangan bunga ucapan turut berduka cita di rumah duku korban di Perumahan Permata Tapos. Foto: Fadjar Hadi/kumparan
Selain itu, FH juga kedapatan membawa sebilah celurit. Maka, Rachmat pun menyerahkan Fachrul ke Polsek Cimanggis untuk diproses secara hukum.
“Ketika dalam proses itu, ada permintaan dari Brigadir Rangga ini kepada Bripka Rachmat, supaya urusan Fachrul ini diserahkan kepada keluarganya untuk dibina. Tetapi saudara Bripka Rachmat ini sebagai pelapor mengatakan karena ini ada barbuk celurit,” kata Asep.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, Rachmat menolak melepaskan Fachrul. Obrolan pun memanas. Rangga diduga emosi, ia keluar dari ruang SPKT dan mempersiapkan pistol HS-9 yang berisi 9 peluru dalam magazennya.
Pelaku penembakan polisi di Polsek Cimanggis Depok. Foto: Dok. Istimewa
“Tujuh peluru ditembakkan ke tubuh Brigadir Rachmat ini. Kemudian hasil pendalaman kita terhadap korban, dinyatakan meninggal pada saat itu juga,” ujar Asep.
Asep mengatakan, peristiwa ini terjadi akibat salah komunikasi antara kedua anggota Polri tersebut. Emosi yang tak terkontrol dari Rangga menyebabkan korban jiwa harus melayang.
“Saya kira pada tingkat emosi orang tertentu kan cara pengendaliannya berbeda-beda. Mungkin pada saat itu sangat memuncak marahnya begitu ditolak permintaan itu, mungkin juga karena dia mendampingi saudaranya, saudara Zulkarnaen, orang tua Fachrul itu, kemudian ada ketersinggungan,” pungkas Asep.
ADVERTISEMENT