Capres Fiktif Nurhadi-Aldo Muncul karena Publik Jenuh Politik Gaduh

5 Januari 2019 13:02 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurhadi Aldo. (Foto: Instagram/@nurhadi_aldo)
zoom-in-whitePerbesar
Nurhadi Aldo. (Foto: Instagram/@nurhadi_aldo)
ADVERTISEMENT
Pasangan calon presiden dan wakil presiden fiktif Nurhadi-Aldo berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia di jagat sosial media. Menurut pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Ari Junaedi, viralnya paslon yang menamakan diri ‘Dildo’ ini merupakan bentuk kejenuhan masyarakat akan kondisi politik Indonesia yang saat ini diwarnai dengan berita bohong alias hoaks.
ADVERTISEMENT
“Ini sebetulnya hanya menggambarkan kejenuhan yang ada di masyarakat akan kondisi politik saat ini, semacam pelepasan oase di tengah panas politik,” kata Ari kepada kumparan, Sabtu (5/1).
Pasangan Nurhadi-Aldo mengaku didukung Koalisi Indonesia Tronjal-Tronjol Maha Asyik. Kata McQueenYaQueen pun diadopsi oleh keduanya slogan. Lewat media sosial, keduanya sering kali memposting pesan-pesan politik yang disajikan lewat lawakan.
Ari mengatakan bahwa banyolan politik yang disajikan Nurhadi-Aldo itu tidak hanya ditujukan sebagai penyegaran untuk masyarakat. Menurut Ari, lawakan tersebut juga merupakan bentuk kritik bahwa pemilu itu seharusnya jadi pesta demokrasi yang menyenangkan.
“Sebetulnya itu juga kritik, bahwa politik tidak perlu menunjukan ketegangan, tapi pilpres yang demokratis dan pilpres yang menyenangkan,” kata Ari.
ADVERTISEMENT
Ari berharap untuk kedepannya, baik capres nomor urut 01 maupun 02, dapat membawa pilpres 2019 ke arah yang menyenangkan. Bukan lagi menyajikan kepada masyarakat kondisi politik yang penuh dengan saling serang menyerang apalagi berita bohong.
“Dua pasangan itu harusnya tidak saja menyampaikan program masing-masing, kedua calon juga harusnya menimbulkan kesegaran dan kejenakaan, jadi kita masyarakat tidak selalu disajikan hoaks,” tutup Ari.
Sementara itu, Nurhadi saat ditemui kumparan mengaku tidak memiliki ketertarikan untuk terjun ke dunia politik yang sebenarnya. Bagi dia, peran capres fiktif ini tidak untuk dibawa ke arah yang lebih serius dan hanya bertujuan untuk kesenangan semata.
“Ya memang tujuannya untuk lucu-lucuan saja,” jawab pria yang akrab disapa Nur itu.
ADVERTISEMENT