Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
Aplikasi dan situs ayojagatps.com ikut meramaikan penghitungan suara di Pemilu 2019 lewat upload C1. Situs tersebut, hingga Rabu (24/4) pukul 20.00 WIB, menempatkan paslon 02 Prabowo-Sandi meraih 62,90 persen suara, sementara paslon 01 Jokowi-Ma'ruf 37,10 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, data yang masuk ke website dan aplikasi yang diyakini kebenarannya oleh cawapres Sandiaga Uno itu, sangat lambat. Hingga 6 hari pascapemungutan suara, baru 36.233 TPS atau setara 7.414.564 suara yang diterima.
Bandingkan dengan KawalPemilu yang sudah 207.052 TPS terlebih scan C1 KPU dalam Situng yang sudah 246.765 TPS. Sang inisiator ayojagatps.com bernama Mochamad James Falahuddin memberikan penjelasan kepada kumparan soal cara kerja timnya mempublikasikan data.
"Kita tidak menyebut diri kita real count, kita menyebut diri kita platform di mana masyarakat bisa berpartisipasi secara aktif untuk membantu menjaga TPS-nya, menjaga suara di TPS. Jadi kami lakukan ini hanya penjumlahan sederhana dari kontributor," ujar James, Rabu (24/4).
ayojagatps.com merupakan aplikasi yang berbasis di smartphone. Siapapun bisa mendownload aplikasi tersebut. Namun, untuk menjadi kontributor yang menyetorkan data ke aplikasi tersebut, ada sejumlah persyaratan.
ADVERTISEMENT
James menjelaskan kontributor harus mendaftar dengan menyertakan foto KTP dan nomor HP. Selanjutnya, data tersebut akan diverifikasi hingga diketahui secara pasti tempat orang tersebut terdaftar sebagai Daftar Pemilih Tetap (DPT).
"Jadi langsung dialokasikan ke TPS-TPS tempat menggunakan hak suaranya. Nanti foto C1 yang diberikan harus dari TPS-nya, tidak bisa dari TPS tetangga," jelasnya.
Sesudah mendapatkan kiriman dari kontributor, ayojagatps.com kemudian melakukan tiga tahapan penyaringan. Pertama yakni foto C1 harus yang telah ditandatangani ketua KPPS. James menjelaskan jika tak ada tanda tangan, data tersebut akan dibuang.
"Filter kedua, kan bisa saja satu TPS ada 2 orang atau lebih, kan kita tidak membatasi. Kalau dari input yang dua orang atau lebih ini ada perbedaan angkanya, kan itu ada totalnya. Nah kalau totalnya enggak macth, kita buang datanya," kata James.
Sementara ketiga adalah kewajaran jumlah pemilih di TPS. ayojagatps.com membatasi data jumlah pemilih sebanyak 600 orang di satu TPS. Hal itu dilakukan karena ada beberapa TPS dengan jumlah 500 orang pemilih dilegalkan.
ADVERTISEMENT
"Awalnya kita setting di angka 400 pemilih, cuma karena ada beberapa case, ada yang lebih dari 500 dilegalkan, terus kita kasih maksimal itu 600. Kalau ada yang melaporkan total dari angka itu, kita langsung buang," ucap James.
"Jadi kita memang cukup ketat untuk validasi data itu. Kalau sudah melewati itu baru bisa kita tayangkan datanya," tegasnya.
Terkait target 100 persen TPS, James mengakui hal itu mustahil. Sebab, saat ini pendownload aplikasinya baru 550 ribu, sedangkan jumlah TPS sendiri ada 813.350. Meski demikian, ia meyakini data yang masuk ke pihaknya tidak sedikit dan akan terus bertambah.
"Sedangkan dari yang dowload tidak semuanya melakukan registrasi dan mengirimkan datanya," kata dia.
Meski menampilkan data TPS, James menjelaskan ayojagatps.com bukanlah lembaga survei atau LSM. Ia menegaskan pihaknya hanya platform untuk membantu masyarakat menjaga suara di TPS masing-masing.
ADVERTISEMENT
"Kita bukan lembaga survei, kita bukan LSM apapun yang melakukan proses-proses statistik. Jadi benar-benar hanya simpel, penjumlahan, nanti kita tampilkan dalam bentuk tabel," ungkapnya.