Cara Pria Korut Rayakan Hari Perempuan Internasional

8 Maret 2019 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hari Perempuan Internasional di Pyongyang, Korea Utara Foto: AFP/Ed Jones
zoom-in-whitePerbesar
Hari Perempuan Internasional di Pyongyang, Korea Utara Foto: AFP/Ed Jones
ADVERTISEMENT
Dunia mengenal Korea Utara sebagai wilayah yang tertutup, terisolasi, dan berbeda dengan negara kebanyakan. Tapi ternyata tidak. Di Hari Perempuan Internasional, rakyat Korut juga memperingatinya dengan menunjukkan penghormatan terhadap perempuan-perempuan di kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
Seperti dilansir AFP, Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret 2019 menjadi hari libur nasional di Korut. Di hari ini, para penjual bunga sibuk bukan main. Sedari Jumat pagi ini, mereka tak henti melayani para pembeli yang datang silih berganti.
Salah satunya di Toko Bunga No. 5 di alun-alun kota Pyongyang. Dengan membayar hanya 10 ribu won Korut atau sekitar Rp 18 ribu, pembeli bisa mendapatkan karangan bunga mawar atau anyelir untuk orang-orang terkasih mereka.
Hari Perempuan Internasional di Pyongyang, Korea Utara Foto: AFP/Ed Jones
Kebanyakan pembelinya adalah pria yang ingin mempersembahkan bunga untuk istri atau ibu. Namun Nam Song Hak membeli anyelir untuk dosennya di kampus.
"Dia berusaha keras mendidik kami menjadi pria yang sempurna," kata Nam, 37, yang mengaku telah memberikan bunga untuk istri dan ibunya.
ADVERTISEMENT
Namun bukan warga Korut namanya jika tidak menyanjung pemimpin mereka secara berlebihan. Bagi mereka, pemimpin Kim Jong-un bak manusia setengah dewa.
"Terima kasih untuk upayanya dan berkat cinta yang hangat dari pemimpin kamerad terhormat Kim Jong-un, sekarang saya tumbuh untuk memberi kontribusi untuk masyarakat," kata Nam.
Hari Perempuan Internasional di Pyongyang, Korea Utara Foto: AFP/Ed Jones
Pelanggan lainnya di toko bunga itu adalah Duta Besar Rusia untuk Korut Alexander Matsegora. Kepada AFP, dia mengatakan membeli bunga untuk istrinya.
"Peran wanita di Korea Utara tidak banyak berbeda dengan negara lain," kata Matsegora.
Sejak lama, pemimpin Korut ingin menyertakan wanita dalam revolusi di negara itu. Dalam sebuah kutipannya yang terkenal, pendiri Korut Kim Il-sung pernah mengatakan: "Jika wanita dikurung di rumah mereka dan dijauhkan dari pekerjaan dan kehidupan berorganisasi, maka mereka tidak bisa direvolusi."
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, lembaga HAM Human Right Watch (HRW) dalam laporannya tahun lalu mencatat perlakuan buruk perempuan di Korut, terutama mereka yang tertangkap hendak membelot.
Hari Perempuan Internasional di Pyongyang, Korea Utara Foto: AFP/Ed Jones
HRW mengatakan, perkosaan dan kekerasan seksual terhadap wanita di Korut dilakukan secara terbuka dan sulit dihentikan. Atas laporan HRW ini, Korut marah dan membantahnya.
"Itu adalah dokumen palsu yang paling tercela di muka bumi, kata-kata tidak berguna yang ditambal-sulam oleh manusia sampah," tulis kantor berita KCNA yang jadi corong pemerintah korut.