Cegah Konflik, BKSDA Aceh Berencana Evakuasi Gajah Pakai Helikopter

5 Oktober 2018 11:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wisata gajah di CRU Sampoinet Aceh Jaya. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wisata gajah di CRU Sampoinet Aceh Jaya. (Foto: Zuhri Noviandi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Konflik antara gajah dan manusia di Aceh masih saja terjadi. Meski ragam cara telah dilakukan, namun, konflik yang berlangsung tak bisa dihindari. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) kian terancam.
ADVERTISEMENT
Konflik serupa juga terjadi di kota Subulussalam, Aceh. Untuk mengurangi hal ini, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh berencana merelokasi gajah menggunakan helikopter ke kawasan habitat yang lebih aman.
Gajah Liar di Aceh Luka Parah Akibat Terkena Jerat (Foto: Dok. BKSDA Aceh)
zoom-in-whitePerbesar
Gajah Liar di Aceh Luka Parah Akibat Terkena Jerat (Foto: Dok. BKSDA Aceh)
“Saat ini memang setiap hari hampir terjadi konflik karena sudah berada di kebun masyarakat. Sehingga rencana pemindahan ini dari awal telah kita sadari bahwa suatu keharusan untuk melepaskan beban masyarakat dari konflik dengan gajah,” kata kepala BKSDA Sapto Aji Prabowo, Jumat (5/10) di Banda Aceh.
Rencananya, gajah yang berada di kawasan Subulussalam ini akan dipindahkan ke kawasan Bekung, Aceh Selatan. Berjarak sekitar 45 kilometer, lokasinya berada di tengah hutan dan jauh dari permukiman warga. Menurut Sapto, opsi ini dipertimbangkan untuk menjaga keselamatan masyarakat dan juga kepunahan gajah Sumatera.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, rencana pemindahan melalui jalur udara tersebut memang baru sebatas wacana. Selain diperlukan waktu dan persiapan matang, Sapto menyebut, hal itu bergantung pada ketersediaan anggaran serta pengetahuan tentang cara pemindahannya.
Sapto mengaku, BKSDA Aceh belum memiliki pengalaman memindahkan gajah menggunakan helikopter, seperti yang pernah dilakukan di Afrika saat mengangkut badak. Oleh karena itu, pihaknya akan mempelajari teknis-teknis pengangkutan via udara.
Amirah, anak gajah Sumatera yang diselamatkan oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. (Foto: Dok. BKSDA Aceh)
zoom-in-whitePerbesar
Amirah, anak gajah Sumatera yang diselamatkan oleh tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh. (Foto: Dok. BKSDA Aceh)
“Pilihan paling aman untuk pemindahan gajah ini adalah jalur udara. Karena jika dilakukan melalui jalur darat banyak risiko sehingga dapat membahayakan nyawa gajah itu sendiri. Namun dalam hal ini biayanya yang tidak sedikit, sehingga kita harus menggandeng semua pihak untuk penyelamatan gajah di Subulussalam,” tuturnya.
Selain itu, sebelum mengevakuasi gajah menggunakan helikopter, diperlukan rencana mitigasi untuk meminimalisasi agar tidak terjadi konflik atau bencana baru. BKSDA akan membangun barrier sepanjang 5,5 kilometer terlebih dahulu di wilayah yang kemungkinan menjadi akses gajah keluar dari habitatnya.
ADVERTISEMENT
“Jadi belum bisa dipastikan kapan akan kita lakukan proses evakuasi ini. Perencanaannya membutuhkan anggaran sekitar Rp 1 miliar. Selain memperhatikan keselamatan gajah, kita perlu membuka barrier terlebih dahulu untuk menghalau gajah agar tidak mendekati pemukiman warga lagi," ucap Sapto.
Sapto mengungkapkan, konflik satwa yang terjadi di Subulussalam memang sudah berlangsung sejak lama. Akibat konflik ini, populasi gajah merosot. Dari delapan ekor gajah pada 2010. Pada 2016, terpantau hanya tersisa 2 ekor.
“Pada 2016 lalu masih terpantau dua ekor anak dan induknya. Sekarang (2018) tinggal satu ekor lagi hanya induknya saja,” tutur Sapto.