Cerita Di Balik Nama Kali Item: Sumber Limbah hingga Solusinya

25 Juli 2018 7:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas membersihkan sampah di sungai Sentiong atau biasa warga menyebut 'Kali Item' di lingkungan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membersihkan sampah di sungai Sentiong atau biasa warga menyebut 'Kali Item' di lingkungan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kali Item di Kemayoran, Jakarta Pusat, mendadak tenar jelang Asian Games 2018. Berjarak sekitar 200 meter dari Gedung Wisma Atlet, kali bernama asli Kali Sentiong ini jadi sorotan media internasional.
ADVERTISEMENT
Media asing menyoroti solusi Pemprov DKI untuk mengurangi gangguan bau tak sedap dari kali itu. Yaitu, memasang bentangan jaring tipis sepanjang 600 meter dengan lebar 20 meter di atas kali.
Pihak Dinas Lingkungan Hidup DKI menjelaskan, air kali beraroma busuk karena bersumber dari sejumlah waduk sekitar yang tercemari limbah rumah tangga. Belum lagi, banyak pengendara motor yang sengaja berhenti melipir ke Kali Item untuk membuang sampah.
Sementara warnanya yang hitam, disebabkan oleh endapan lumpur selama bertahun-tahun.
Tak hanya terkontaminasi beragam limbah, aliran air di Kali Item juga tidak lancar. Air tergenang, bau busuknya pun menyeruak.
Meski tak banyak sampah yang mengapung di atas permukaan kali, bau menyengatnya sudah dirasakan warga sekitar sejak tahun 1990-an terutama pada siang hari.
Suasana jaring di sungai Sentiong atau biasa warga menyebut 'Kali Item' di lingkungan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jaring di sungai Sentiong atau biasa warga menyebut 'Kali Item' di lingkungan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Sekitar awal tahun 2013 di era Joko Widodo menjabat Gubernur DKI, pembersihan kali mulai dilakukan. Sampah dikeruk, pasukan oranye ditugaskan membersihkan setiap hari.
ADVERTISEMENT
Saat pemerintahan berpindah ke Basuki Tjahaja Purnama di akhir tahun 2014, pengerukan masih terus berlanjut. Bau busuk air kali pun tak lagi terlalu menusuk.
Pengerukan kali sepanjang lebih dari 2 kilometer di kala itu, juga dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya banjir. Pasalnya, sekitar 700 orang yang tinggal di bantaran Kali Item kerap terdampak luapan banjir.
Di era kepemimpinan Anies Baswedan, pengerukan juga pernah dilakukan. Pada akhir Februari silam misanya, dalam rangka memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HSPN) 2018.
Dalam aksi bersih sampah di Kali Sentiong kala itu, berhasil diangkut sampah dan endapan lumpur sebanyak lima truk penuh. Dan saat ini, pemasangan jaring penutup dilakukan untuk mengurasi proses penguapan kali.
ADVERTISEMENT
“Setelah saya berdiskusi dengan beberapa orang pakar, salah satu caranya adalah dengan mengurangi proses penguapan dari sungai itu. Penguapannya adalah dengan diberikan kain penutup, sehingga tidak terjadi proses evaporasi (penguapan)," kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Petugas membersihkan sampah di sungai Sentiong atau biasa warga menyebut 'Kali Item' di lingkungan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membersihkan sampah di sungai Sentiong atau biasa warga menyebut 'Kali Item' di lingkungan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/7). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Meski demikian, pemasangan jaring penutup hanyalah solusi sementara alias solusi cepat, agar para atlet Asian Games tak terganggu bau tak sedap dari Kali Item. Anies memastikan pembersihan di Kali Item tetap berjalan.
“Usaha kita bersihkan sungai jalan terus. Tapi kalau kita tidak punya penutup, kalau membersihkannya itu tidak berhasil, kita tidak punya cadangan, karena itu kita pasang jaring dulu supaya aman,” jelas Anies.
Sejak ditutup jaring, Anies mengklaim bau kali jauh berkurang. Sepadan, dengan anggaran pengadaan jaring yang mencapai Rp 580 juta.
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI juga sudah memasang teknologi nano bubble dari Singapura untuk mengurai bau. Namun menurut mereka hasilnya masih belum maksimal karena jumlah unit yang digunakan kurang.