Cerita JK Bandingkan Kepemimpinan Soeharto, SBY, hingga Jokowi

5 Maret 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jusuf Kalla di acara Temu Alumni IKA PIMNAS di Gedung LAN. Foto: Dok. Setwapres
zoom-in-whitePerbesar
Jusuf Kalla di acara Temu Alumni IKA PIMNAS di Gedung LAN. Foto: Dok. Setwapres
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Juauf Kalla memberi pidato dalam acara temu alumni Ikatan Pendidikan dan Latihan Kependudikan Nasional (IKA PIMNAS) Lembaga Administrasi Negara. Salah seorang pejabat kemudian bertanya kepada JK soal pengalaman bergabung di pemerintahan dengan presiden yang berbeda.
ADVERTISEMENT
JK mengawali ceritanya saat era pemerintahan Soeharto. Meski tak bergabung di dalam pemerintah Orde Baru, JK menyebut awalnya pemerintah Soeharto berjalan demokratis. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak terjadi nepotisme lantaran banyaknya kepentingan.
"Pemimpin itu sesuai zamannya, Pak Harto bisa 32 tahun, mula-mula sangat demokratis. Partai ada, pemilu dilaksanakan dengan baik. Tapi, setelah kepentingan-kepentingannya mulai berbeda dari kepentingan masyarakat, monopolistik," kata JK di Gedung LAN, Jakarta Pusat, Selasa (5/2).
Soeharto, Presiden ke-2 Indonesia. Foto: John Gibson/AFP
"Ada banyak terjadi nepotisme, artinya keluarga masuk ke dalam arena proyek-proyek, maka kemudian terjadi krisis, maka Pak Harto terganti, diganti," timpalnya.
Selang beberapa waktu, pemerintahan berganti, tiba saatnya ketika Megawati Soekarnoputri memimpin Indonesia di periode pertama 2001-2004. Di pemerintahan Megawati, JK menjabat Menko Kesra, ia mengatakan bahwa selama memimpin, Megawati termasuk sosok yang teguh pada pendiriannya.
ADVERTISEMENT
"Kalau Ibu Mega itu sangat kuat untuk menjaga soliditas. Kalau ada maslaah daripada menteri, dia akan tough pada pendirian, tidak mengubah, mau didemo, demo silakan, tapi dia tidak berubah. Itu kekuatan dia yang saya ingin katakan," jelas JK.
Wakil Presiden Jusuf Kalla saat bertemu Mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, usai menjenguk ibu Ani Yudhoyono. Foto: Dok. Tim Demokrat
JK lalu bercerita masa kepemimpinan Presiden ke-5 Susilo Bambang Yudhoyono. Di periode 2004-2009 JK menjadi wakil presiden mendampingi SBY. Menurut dia, pemerintah SBY benar-benar mempraktikkan penghapusan dwifungsi ABRI.
"Pak SBY sangat demokratis karena dialah antara lain (berlatar) dari TNI, melaksanakan reformasi dan ide seperti itu, sehingga mulai dwi fungsi dihilangkan dari konsep bersama di TNI yang juga saat itu diikuti Pak SBY. Jadi dalam proses transisional, demokrasi yang terbuka sama sekali, beliau sangat berperan. Oleh karena itu terpilih dua kali," beber JK.
ADVERTISEMENT
Selang beberapa waktu, JK kembali terpilih menjadi wakil Presiden mendampingi Presiden Joko Widodo di periode 2014 hingga 2019. JK menyebut bahwa selama memerintah, Jokowi jauh dari sosok pemimpin yang otoriter. Jokowi juga menghindari nepotisme.
JK menyebut dibandingkan presiden-presiden sebelumnya, Jokowi adalah presiden yang sering mengadakan rapat bersama menteri atau pejabat lainnya. Ia mencatat dalam satu tahun bisa 200 kali rapat diadakan, untuk saling berbagi pandangan lintas kementerian dan lembaga.
Jokowi dan JK di rapat terbatas Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan
"Pak Jokowi, itu juga tentu saya bisa mengatakan begini: apa yang harus kita hindari? Yang harus kita hindari adalah kepemimpinan yang otoriter dan nepotisme, itu kita hindari," ujar JK.
"Nepotisme juga saya kira (Jokowi) tidak. Saya yakin tidak karena anak beliau yang paling tua itu bisnisnya katering dan juga jual martabak. Yang kedua jual pisang goreng jadi tidak ada hubungannya dengan pemerintah semua. Jadi dapat dikatakan tidak dalam alat nepotisme," jelasnya.
ADVERTISEMENT