Cerita Neno yang Diadang Polisi saat Deklarasi #2019GantiPresiden

31 Juli 2018 21:25 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Neno Warisman (Foto: Instagram @bundanenowarisman)
zoom-in-whitePerbesar
Neno Warisman (Foto: Instagram @bundanenowarisman)
ADVERTISEMENT
Perlakuan tak menyenangkan kerap diterima aktivis gerakan #2019GantiPresiden Neno Warisman. Terbaru, saat mendeklarasikan gerakannya, Neno sempat diprotes oleh massa yang berkumpul di pintu masuk kedatangan Bandara Hang Nadim, Batam. Ratusan orang itu membawa spanduk menolak kedatangan Neno.
ADVERTISEMENT
Neno bercerita, dalam insiden itu, ia sempat mendapat kesulitan dari polisi. Bahkan, kata Neno, ketika ia diadang keluar Bandara, polisi tak mengizinkannya untuk keluar melalui jalur belakang.
"Sampai kemudian ada teman dari Medan yang menghubungi Macan Asia --salah satu organisasi-- yang mencoba membawa kami ke pintu belakang, tapi pihak bandara dan Polda yang memang menahan tidak memberikan izin pada kami," tutur Neno di kediamannya di Depok, Jawa Barat, Selasa (31/7).
Setelah berhasil keluar atas bantuan Front Pembela Islam (FPI) dan kelompok masyarakat pendukung, Neno mengaku, mobil yang dikendarainya juga sempat diserang. "Nah ketika keluar mobil ditimpukin begitu, tapi kami terus berjalan saja, pelan-pelan dengan santai-santai," ujarnya.
Begitu pula, kata dia, saat berada di perjalanan. Neno terkejut, lantaran ada sejumlah mobil polisi yang ikut mengadang mobilnya.
ADVERTISEMENT
"Tapi yang mengagetkan adalah ketika kita sampai di ujung perempatan ya, atau pertigaan, tiba-tiba ada mobil polisi banyak sekali mengadang, jadi kami, mobil saya terutama, tidak bisa maju lagi," tutur dia.
Tak main-main, katanya, mobil polisi itu berjenis Barracuda, lengkap dengan para petugas yang membawa senjata. Lalu, Neno mencoba untuk berkonsultasi dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon yang juga rekannya.
"Karena ada Barracuda, ada mobil besar dan juga pasukan bersenjata. Jadi saya terus menelepon lagi pada Pak Fadli 'Fad, ini kok kita dikepung dengan pasukan bersenjata, emang salah kita apa gitu," imbuh Neno.
"Terus, sambil bercanda-bercanda, kita masih sempat bilang 'loh ini kan perempuan ini tidak bersenjata," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Saat itu Neno tak bisa berpikir panjang. Jika mereka memilih mundur, maka akan berhadapan kembali dengan para pendemo. Di sisi lain, mereka tak bisa melanjutkan perjalanan lantaran dicegat mobil polisi.
"Yang kemudian terjadi memang sangat mengenaskan, karena apa? Karena mobil kami disuruh kembali, kan kita sudah ditimpukkin batu, kalau kita harus kembali, jadi apa yang bisa dilakukan gitu kalau sampai terjadi," keluhnya.
"Kita juga waspada, jangan kita diserang, jangan-jangan mobil kita diterbalikkin, macam-macam yang kita juga pikir," lanjut Neno.
Dalam kebuntuan itu, ia mengaku akhirnya mendapat bantuan dari organisasi masyarakat Abu Gaza. Ormas itu membantunya untuk menjadi negosiator agar Neno beserta rombongan selamat. Mereka akhirnya sepakat untuk tidak melanjutkan deklarasi.
ADVERTISEMENT
"Di situlah ada Abu Gaza kemudian menandatangani perjanjian bahwa saya bisa dibebaskan asalkan deklarasi tidak dilakukan, namun atas permintaan seluruh masyarakat batam akhirnya deklarasi harus tetap dijalankan karena memang mereka yang menghendaki dan saya pun tetap hadir di sana walaupun di dua pertiga waktu kita dihentikan oleh polisi juga," pungkasnya.