Cerita Pilot Batik Air Saat Lepas Landas di Tengah Gempa Donggala-Palu

29 September 2018 8:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
48
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Video penampakann tsunami dari atas pesawat. (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Video penampakann tsunami dari atas pesawat. (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Gempa berkekuatan 7,4 magnitudo mengguncang Kabupaten Donggala dan Kota Palu, Jumat (28/9). Akibat gempa tersebut, Bandara Sis Al Jufri Kota Palu ditutup sementara hingga, Sabtu (29/9) pukul 19.20 WITA.
ADVERTISEMENT
Penutupan bandara itu dilakukan lantaran landasan pacu (runway) bandara tersebut retak sepanjang 500 meter. Selain itu, sejumlah air navigasi juga mengalami kerusakan. Hal itu diungkapkan oleh Menkopolhukam Wiranto saat konferensi pers di kantornya, Sabtu (29/9) dini hari.
Tetapi, siapa sangka ada seorang Pilot pesawat Batik Air ID 6231 dengan rute penerbangan dari Palu ke Makassar yang berhasil lolos kondisi mencekam di Palu. Ia kemudian menceritakan detik-detik gempa yang terjadi di bandara dan melihat tsunami di balik cockpit pesawat.
Entah firasat atau apa, Captain Mafella mempercepat tiga menit penerbangannya dari jadwal yang sudah ditentukan. Seharusnya, ia dijadwalkan terbang pada pukul 17.55 WITA. Namun, ketika ground time pada pukul 17.52, Mafella meminta izin kepada menara pengawas untuk mempercepat penerbangannya.
ADVERTISEMENT
Permintaan Mafella pun diamini oleh menara pengawas, ia mendapatkan izin take off. Rupanya saat ingin take off, gempa itu sudah terjadi. Akibat gempa tersebut, guncangan pun terasa di dalam kabin pesawat.
Meskipun merasakan guncangan, Mafella tidak merasa terganggu dan yang ia pikirkan hanya fokus di cockpit pesawat untuk airborne phase (tinggal landas). Ia tidak menyadari bahwa guncangan tersebut adalah gempa dan berpikir guncangan terjadi karena landasan pacu yang bermasalah.
Sesaat setelah take off, Mafella terputus komunikasi dengan tower bandara. Ternyata tower tersebut sudah hancur dan tidak bisa difungsikan lagi. Mafella baru sadar ada yang tidak beres setelah berada di ketinggian 2.000-3.000 kaki. Dari dalam cockpit ia melihat pesisir pantai Palu.
ADVERTISEMENT
Di balik cockpit ia melihat gelombang air di pantai yang cukup aneh. Ia pun mengambil ponselnya dan mengabadikannya dalam sebuah video pendek berdurasi 10 detik. Sampai pada akhirnya lewat pemberitahuan radio mengabarkan bahwa pesawatnya merupakan pesawat terakhir yang terbang pada saat kejadian gempa itu berlangsung. Karena praktis hingga kini bandara tidak bisa dioperasikan.
Di akun Instagram pribadinya, Captain Mafella mengucapkan syukur karena telah selamat dari musibah yang terjadi.
“Puji Tuhan ada suara (Roh Kudus yang saya percaya) memberitahu saya untuk berangkat lebih awal. Terlambat 30 detik saya tidak akan terbang,” tulis Mafella.