Cerita Nisa Diusir dari Angkot karena Berpakaian Syar'í

15 Mei 2018 18:23 WIB
Ilustrasi cadar. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cadar. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Atribut Islam menjadi perbincangan dalam beberapa hari terakhir setelah aksi bom di Surabaya dan Sidoarjo yang menewaskan sejumlah orang. Beberapa pihak turut memojokkan umat Islam dengan atribut yang dikenakan.
ADVERTISEMENT
Nisa, wanita asal Surabaya ini menjadi korban dari beberapa pihak yang memojokkan umat Islam dari pakaian yang ia kenakan. Nisa yang kesehariannya mengenakan pakaian syar'i tanpa cadar malah merasa terpojokkan karena banyak warga yang mencurigainya sebagai teroris.
Saat dihubungi kumparan, Nisa mengisahkan dirinya diusir dari angkot karena mengenakan pakaian syar'i. Padahal, Nisa terbiasa naik angkot untuk pulang ke rumah, namun ketika aksi bom yang dilakukan oleh teroris wanita, pandangan warga tentang dirinya berbeda dari sebelumnya.
"Kejadiannya kemarin, di hari yang sama saat ledakan di Polrestabes Surabaya. Ledakan jam 8.50 WIB, kejadian saya di daerah Indrapura Surabaya jam 18.15 WIB," ujar Nisa kepada kumparan, Selasa (15/5).
Kondisi angkot yang dinaiki Nisa saat itu hampir penuh. Menurut Nisa, tatapan para penumpang lain saat dirinya hendak naik angkot terlihat cemas dan sebagian lainnya terlihat sinis. Dia menduga tatapan tak menyenangkan itu terkait bom bunuh diri yang dilakukan oleh Puji Kuswati dan kedua anaknya di Gereja GKI Diponegoro Surabaya yang juga mengenakan pakaian syar'i.
ADVERTISEMENT
Saat itu Nisa mengenakan pakaian dan kerudung panjang berwarna biru dongker. Hal tersebut membuat orang sekitar menganggapnya seperti teroris.
Dia juga cemas karena para penumpang angkot juga mencurigai barang bawaannya. Mereka menuduh dirinya membawa bom.
"Ada yang celetuk 'itu tasnya isi apa coba?' Saya memang memakai tas ransel besar warna ungu gelap dan tas jinjing berwarna hitam," tuturnya.
Ilustrasi cadar. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cadar. (Foto: Thinkstock)
Baru 10 menit duduk diangkot, Nisa diminta turun oleh sopir angkot dengan alasan angkot penuh. Padahal menurutnya saat itu kondisi angkot belum benar-benar penuh. Ia pun turun dari angkot tersebut karena pandangan seluruh penumpang angkot yang gelisah melihat dirinya.
"Saya bilang, saya enggak apa-apa duduk di dekat pintu, karena saya biasa naik angkot, tapi tetap enggak dibolehin," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Karena kondisi yang sedang lelah dan tidak ingin membuat keributan di angkot, Nisa mengalah untuk turun. Ia juga sempat menjelaskan kepada penumpang bahwa tas besar yang dibawanya berisi laptop dan jaket.
Letih karena diusir dari angkot, Nisa kemudian membeli akso yang tak jauh dari lokasi tersebut. Namun pengalaman tak menyenangkan kembali dialaminya.Dia juga mendapat tatapan sinis dari penjual bakso, hingga akhirnya dia memutuskan batal membeli bakso.
Namun Nisa bersyukur karena lingkungan kerja hingga lingkungan rumah tidak memandang dirinya seperti teroris.
"Di lingkungan kerja, rumah dan pertemanan alhamdulillah baik baik saja," pungkasnya.
Stereotip semacam ini tak hanya dialami Nisa. Seorang pengguna Facebook Zulaecha Tasbih yang kesehariannya memakai cadar, mengaku dibuntuti oleh tiga orang karyawan toko saat dirinya berada di pusat perbelanjaan. Zulaecha mengaku risih dengan perlakuan tak mengenakkan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, warga Palembang, Rindi, mengaku didatangi Ketua RT di tempat tinggalnya untuk dimintai data. Suami Rindi juga diminta menghadap ke Ketua RT dan melaporkan pekerjaannya. Menurut Rindi, semua warga bercadar di kampungnya didata ulang oleh Ketua RT setempat, tapi tidak demikian dengan warga yanag berpakaian biasa.
Sementara itu, Kepala Biro Misi Internasional Hubungan Internasional Polri Brigjen Krishna Murti, Dalam postingannya di akun Instagram pribadinya, @krishnamurti_91, mengimbau netizen untuk tidak menilai seseorang dari penampilan semata.
Krishna menyebutkan wanita yang mengenakan cadar mengikuti ajaran yang mereka yakini. Ia meminta masyarakat untuk tidak memberi label negatif pada wanita bercadar.
"Wanita menutup aurat dengan jilbab ataupun bercadar itu adalah pilihan berdasarkan keyakian masing-masing. Jadi jangan kalian cap mereka dengan label tidak baik. Menutup aurat adalah kewajiban yang diajarkan nabi," tulis Krishna, Senin (14/5).
ADVERTISEMENT