Chrisly Inn Cafe, Bakery Bersertifikat Halal di Pusat Kota Hong Kong

28 April 2018 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemilik Chrisly Inn, Mr. Martin Khan dan chef. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemilik Chrisly Inn, Mr. Martin Khan dan chef. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebuah negara yang ingin memantapkan diri untuk menjadi salah satu destinasi ramah muslim, tentunya harus paham dengan semua yang dibutuhkan oleh wisatawan muslim yang berkunjung. Salah satu yang paling penting adalah restoran dan tempat makan halal.
ADVERTISEMENT
Kumparan (kumparan.com), bersama rombongan jurnalis dari Hong Kong Tourism Board, diberi kesempatan untuk mengunjungi salah satu restoran dan bakery bersertifikat halal di Hong Kong, bernama Chrisly Inn Cafe, pada Jumat (27/4). Terletak di kompleks perbelanjaan Shun Tak Centre, 168-200 Road Central, Hong Kong, kafe ini menyediakan berbagai makanan dan minuman bersertifikat halal, yang tentunya aman untuk dinikmati para muslim traveler.
"Sebenarnya restoran ini basic-nya adalah bakery, yang dimulai pada tahun 2016. Kenapa kami membuka restoran ini? Mungkin karena selama ini kami selalu memikirkan tentang menyediakan makanan halal," ujar Martin Khan, salah satu pemilik Chrisly Inn Cafe kepada rombongan wartawan.
Chef di Chrisly Inn dan pastry halal andalan. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Chef di Chrisly Inn dan pastry halal andalan. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
Martin sendiri adalah muslim keturunan Pakistan, namun keluarganya sudah tinggal di Hong Kong selama bertahun-tahun. Berbisnis kuliner selama bertahun-tahun, keluarga Martin awalnya merintis usaha kafe untuk penduduk lokal, tidak spesifik untuk hidangan halal.
ADVERTISEMENT
Namun sejak beberapa tahun belakangan, timbul ide untuk membangun beberapa cabang kafe, yang fokus pada menu halal, agar wisatawan muslim punya banyak pilihan untuk mencicipi kuliner khas Hong Kong yang halal. Sejak dibuka pada tahun 2016, butuh waktu kurang dari setahun untuk mendapatkan sertifikasi halal bagi kafe nya.
"Keluarga saya beragama muslim, tapi bisnis yang saya jalani kebanyakan non-muslim. Jadi kami adalah minortias, bukan mayoritas. Jadi kami berpikir, hey, kenapa kita tidak mulai sama makanan halal sesuai perspektif keluarga saya yang muslim, karena pengertian halal di negara ini masih beragam. Dari situlah, akhirnya kami memulainya, dari bakery," jelas Martin.
Martin bercerita, pada awalnya bisnis kuliner halal ini dimulai dengan dibangunnya Chrisly Cafe di kawasan Western Central. Selain karena keluarganya yang beagama Islam, Martin melihat, sejak beberapa tahun terakhir ini permintaan akan makanan halal semakin meningkat di Hong Kong. Terlebih dengan gencarnya pemerintah Hong Kong mempromosikan pariwisata muslim.
ADVERTISEMENT
"Karena kami merasa ada permintaan untuk itu (makanan halal), banyak orang yang mencari makanan halal, makanya kami pikir, ya sudah, kenapa kita tidak membuka cabang restoran, yang benar-benar menjual makanan halal, sesuai dengan perspektif kami sebagai muslim. Lagipula, mengelola bakery lumayan gampang. Jadi mungkin itu latar belakang kenapa kami memulai restoran halal ini dengan bakery terleibh dahulu," ungkap Martin.
Pastry dan milk tea halal di Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pastry dan milk tea halal di Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
Dari segi harga, sebenarnya tak ada perbedaan jauh antara kafe nonhalal miliknya dengan kafe yang menjual bakery halal. Namun memang ada beberapa menu yang sedikit lebih mahal, karena keluarganya ingin mempertahankan kualitas menu, agar benar-benar dapat disebut halal, sesuai perspektif Islam.
"Sebenarnya harga tidak terlalu beda, karena bakery ini di Hong Kong sudah menjadi bagian dari gaya hidup, seperti makanan cepat saji. Tapi mungkin bila restoran nonhalal kami dibandingkan dengan restoran lain, harganya mungkin sedikit lebih mahal, karena kami mempertahankan kualitas bahan baku makanan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Kami tidak mau menggunakan bahan berkualitas rendah, bahkan daging, kopi, kami impor. Namun meski sedikit mahal, pelanggan kami tidak pernah mempermasalahkan karena kami mempertahankan kualitas rasa dari makanan kami," sambungnya.
Meski sudah bersertifikat halal, namun Chrisly Cafe tak memasang logo halal di depan restorannya. Kenapa?
"Kami juga tidak memasang logo halal di restoran kami, karena kita berbicara tentang integritas. Kami ingin pengunjung yang datang ke sini benar-benar untuk makan. Jadi Hong Kong ini kan negara nonmuslim, jika sebuah restoran memasang logo halal, maka bahan yang dijual kepada kita lebih mahal dibanding biasanya," kata dia.
Egg tart favorit dan halal dari Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Egg tart favorit dan halal dari Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
"Selama tempat ini dianggap menjual makanan halal, maka stigmanya bahannya adalah organik, dan bahan organik itu lebih mahal. Jadi di Hong Kong, apapun yang dianggap halal itu artinya adalah organik. Bahan organik, 20 persen lebih mahal. Kami berpatokan pada integritas, dan agama selalu menjadi yang paling utama," sambung Martin.
ADVERTISEMENT
Dengan menu andalan milk tea dan scrambled egg, Chrisly Inn Cafe fokus pada menu klasik a la Hong Kong. Untuk bakery halal, Chrisly Inn Cafe memiliki banyak menu pastry klasik a la China seperti egg tart, pineapple bun, chinese cookies, dan lainnya.
"Scrambled egg sama milk tea adalah andalan kami. Sementara bakery kami, terinspirasi dari menu pastry tradisional china, seperti kue kering ala China, roti nanas, sesuatu yang mungkin saat ini orang sudah jarang menemukannya. Masih rencana, tapi kami memang ada keinginan untuk membuka satu bakery lagi, tapi lokasinya masih dipikirkan," kata Martin.
Meski bersertifikasi halal, namun Chrisly Inn Cafe berusaha mempertahankan rasa dan kualitas menunya. Martin mengakui, menu nonhalal terasa enak karena menggunakan bahan baku tertentu, namun tidak halal. Lantas, bagaimana menyiasatinya?
ADVERTISEMENT
Kami diajak untuk bertemu chef andalan Chrisly Inn Cafe, yang kami panggil dengan sebutan 'Shifu' (guru-red). Malang melintang di industri kuliner selama 39 tahun, Shifu paling tahu bagaimana menciptakan menu halal yang enak, yang rasanya sama dengan menu nonhalal.
Salah satu roti halal di Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu roti halal di Chrisly Inn. (Foto: Rini Friastuti/kumparan)
"Kami tidak menggunakan minyak babi, tapi menggunakan minyak sayur. Tapi tentu saja rasanya beda kan, karena daging ya daging, sayuran ya sayuran. Terus bagaimana kami membuat rasanya menjadi sama? kami menambahkan unsalted butter (mentega)," kata Shifu dengan bahasa Kanton.
Meski begitu, lagi-lagi dia mengakui kalau bahan baku yang terjamin halal sedikit lebih mahal. Namun hal itu tak menjadi soal, asal integritas dan kualitas menu makanan dapat dipertahankan.
"Harga bakery di restoran kami memang agak mahal ya, karena kami memiliki cost tersendiri untuk mentega. Lebih 20 persen lebih mahal ketimbang menu non-halal yang menggunakan minyak non-halal," ungkap Shifu.
ADVERTISEMENT
Belakangan kami baru tahu kalau Shifu bukanlah muslim, namun dirinya punya rahasia mengolah makanan halal di restoran tersebut.
"Shifu ini kan non muslim ya, lalu bagaimana dia mengatasi konflik untuk memasak bahan makanan halal? Dia sudah berada di industri ini selama 39 tahun, dia sudah mulai jadi chef sejak usia 13 tahun, namun dia terus berusaha untuk bersikap profesional. Bila memasak menu halal, bahan baku, hingga peralatan masak, selalu dipisah, tak dicampur. Hal itu dilakukannya untuk mempertahankan kualitas dan integritas," ungkap Martin.