Cita-cita Aan, Siswa SUPM Aceh Sebelum Tewas: Mau Umrahkan Mama

5 Maret 2019 12:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sofyan, ayah dari  Rayhan Al Sahri korban dugaan pembunuhan di SPUM Aceh, saat diwawancarai wartawan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sofyan, ayah dari Rayhan Al Sahri korban dugaan pembunuhan di SPUM Aceh, saat diwawancarai wartawan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
"Ma, Aan kalau nanti sukses dan jadi orang, semua duit Aan untuk Mama. Aan mau umrahkan Mama."
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, cita-cita sederhana Aan --Rayhan Al Sahri-- (16) itu harus pupus. Aan meregang nyawa setelah menerima pukulan bertubi-tubi yang diduga dilakukan para seniornya di Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Negeri Ladong Aceh Besar, Jumat (1/3) lalu.
Orangtua Aan, Sofyan (41) dan Reni Rahayu (41), memang berusaha tegar meski ingatan akan cita-cita anaknya masih terus muncul. Aan, memang sengaja masuk SPUM lantaran ingin menjadi pengusaha sukses untuk mengumrohkan ibu-bapaknya.
Belum selesai tahun pertama Aan menempuh pendidikan, ia ditemukan tewas, sekitar 300 meter dari sekolahnya. Mirisnya, tubuh Aan dipenuhi luka memar karena diduga dipukul menggunakan benda tumpul.
"Yang menemukan Rayhan pertama kali seorang penggemba lembu," ungkap Sofyan, mengenang anak keduanya itu, saat diwawancara di kediamannya di Jalan Rumah Potong Hewan, Gang Sastro, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli, Selasa (5/3).
ADVERTISEMENT
Sofyan menuturkan, anaknya itu sempat bercerita soal kelakuan para seniornya yang kerap menganiaya adik kelasnya. Apapun yang senior inginkan, harus dipenuhi oleh para junior jika tak ingin hukuman dijatuhkan.
"Dia pernah cerita disuruh mengambil bubur dengan teko. Karena enggak penuh mengambilkan, dia ditunjang --ditendang-- dan tercampak. Hanya karena tidak penuh mengambil bubur," tutur Reni, ibu Aan, dengan suara bergetar.
Rayhan Al Sahri semasa bersekolah di SPUM Aceh. Foto: Dok. Istimewa
Teman-teman Aan, yang ikut menemani Reni saat ke SPUM untuk menjemput Aan, pun ikut menceritakan kejadian nahas yang menimpa Aan. Di malam itu, Aan sempat dipanggil dan ditarik oleh senior yang datang ke kamarnya.
"Dia diancam oleh beberapa orang senior. Mereka juga mengancam teman-teman Aan agar tidak melapor. 'Jangan ada yang buka mulut, kalau buka mulut, rusak kalian semua'," kata Reni, menirukan cerita salah satu teman dekat Aan.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Aan sempat mencoba menghindari pukulan para seniornya dengan berlari ke arah masjid. Malang, ia tetap dihujani pukulan dan tendangan hingga akhirnya meregang nyawa.
"Dia lari ke belakang sekolah dan setelah itu tidak ditemukan. Hingga akhirnya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia," ucap Reni.
Rayhan Al Sahri semasa bersekolah di SPUM Aceh. Foto: Dok. Istimewa
Meski sedih, namun Reni dan Sofyan hanya bisa pasrah terhadap nasib. Mereka berharap, para pelaku bisa segera tertangkap dan mendapat hukuman setimpal agar tidak ada lagi Aan-Aan yang lain.
"Jangan ada lagi kejadian seperti anak saya. Cukuplah Rayhan yang pertama dan terakhir. Kami, keluarga, kehilangan betul," ungkapnya.
Hingga saat ini, Polresta Banda Aceh memang belum menetapkan tersangka pembunuhan Aan. Namun, mereka sudah menemukan titik terang dari hasil pemeriksan 18 saksi; termasuk tujuh siswa kelas 1 dan 3, penjaga sekolah, guru, dan salah satu pengelola kantin.
ADVERTISEMENT