Cuaca Buruk dalam Catatan Kelam Kecelakaan Lion Air

2 November 2018 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi membedah kecelakaan Lion Air. (Foto: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membedah kecelakaan Lion Air. (Foto: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Lion Air JT-904 terbang normal dari Bandung ke Bali, 13 April 2013 lalu. Memasuki area udara Bandara Ngurah Rai, kondisi cuaca berkabut disertai hujan. Namun, sang pilot dengan pengalaman terbang 15.000 jam itu memastikan, melihat tanda cahaya di landasan. Pendapatnya pun diperkuat kopilot.
ADVERTISEMENT
Sistem autopilot lalu dimatikan di ketinggian 550 kaki dan menggantinya ke pengendalian manual. Namun setelahnya, pilot itu ternyata tidak bisa melihat apa pun. Semuanya serba gelap hingga akhirnya pesawat masuk ke laut. Meluncur sejauh 300 meter dari landasan pacu.
Laporan KNKT terkait kecelakaan Lion Air (Foto: Repro kumparan/Dok, KNKT)
zoom-in-whitePerbesar
Laporan KNKT terkait kecelakaan Lion Air (Foto: Repro kumparan/Dok, KNKT)
Akibat insiden ini, empat penumpang mengalami luka serius. Pesawat tipe Boeing 737-800 itu pun rusak parah. Badan pesawat terendam di perairan Bali.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mencatat, kondisi mesin pesawat dalam keadaan baik sebelum terjadinya kecelakaan. Namun, pilot tidak dibekali informasi cuaca yang memadai.
Kondisi cuaca buruk itu pun diperparah karena pilot tidak bisa membaca situasi dengan baik. Untuk itu, KNKT meminta agar menajemen Lion Air memberikan pelatihan tanggap darurat kepada seluruh pilot-pilotnya.
ADVERTISEMENT
Kecelakaan lain akibat cuaca buruk juga dialami Lion Air LNI-793 rute Makassar-Jakarta, 9 Maret 2009. Pesawat tipe Boeing McDonnell Douglas MD-90 itu mendarat tidak sempurna di Bandara Soekarno-Hatta.
Waktu tu, kondisi di sekitar bandara hujan dengan kecepatan angin 20 knots. Sementara, jarak pandang hanya 1.000 meter.
Laporan KNKT terkait kecelakaan Lion Air (Foto: Repro kumparan/Dok, KNKT)
zoom-in-whitePerbesar
Laporan KNKT terkait kecelakaan Lion Air (Foto: Repro kumparan/Dok, KNKT)
Pilot pun memutuskan untuk mengaktifkan sistem autopilot saat berada di ketinggian 400 kaki. Ketika sudah menyentuh ketinggian 50 kaki, pesawat melayang ke arah kanan dari landasan pacu. Pilot sempat melakukan koreksi, tetapi pesawat tetap tidak bisa mendarat di titik yang tepat.
Tidak ada korban dalam insiden ini. Enam kru dan 166 penumpang selamat. Namun, dua roda pesawat dilaporkan rusak dan salah satu ban meledak. Selain itu, kedua sayap juga rusak dan bagian depan pesawat membentur landasan pacu.
ADVERTISEMENT
Dalam investigasinya, KNKT tidak menemukan kerusakan mesin yang menyebabkan insiden itu. Hanya saja pesawat sempat tidak stabil di ketinggian 100 kaki dari landasan. Ditambah, koreksi yang diambil pilot dalam upaya pendaratan tidak sukses.