Debat Perdana Pilpres 2019: Membosankan dan Tak Substantif

18 Januari 2019 8:42 WIB
clock
Diperbarui 15 Maret 2019 3:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Maruf dan nomor urut 02 Prabowo-Sandi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pada debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Maruf dan nomor urut 02 Prabowo-Sandi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya pada debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Komisi Pemilihan Umum (KPU) baru saja selesai menggelar debat pertama Pilpres 2019. Baik pasangan calon (paslon) nomor urut 01 Jokowi-Ma'ruf maupun nomor urut 02 Prabowo - Sandiaga, keduanya mengikuti enam segmen debat dengan antusias tinggi.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Adi Prayitno mengatakan jalannya debat membosankan. Menurutnya hal itu karena peraturan KPU yang kaku sehingga para pasangan calon tidak bisa bebas bermanuver.
"Pertama, secara umum debat membosankan karena dua paslon tak bisa mengelaborasi proposal kebijakan yang akan mereka lakukan lima tahun ke depan jika mereka menang. Paslon di babak awal terlihat kaku dan jaim. Ini sangat terkait peratutan KPU yang rigid hingga mempersempit ruang manuver paslon," kata Adi saat dihubungi kumparan, Jumat (18/1).
Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Ma'ruf Amin mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
Adi juga membandingkan gaya kedua pasangan calon pada debat malam tadi dengan debat pada Pilpres 2014. Menurut Adi, gaya keduanya seperti tertukar. Jokowi yang pada 2014 memiliki kesan kalem, pada debat semalam terlihat lebih menyerang lawan debatnya. Sementara Prabowo, yang menjadi lawan Jokowi, justru terlihat lebih kalem.
ADVERTISEMENT
"Kedua, ada pertukaran gaya debat. Jokowi relatif banyak menyerang dengan intonasi dan mimik yang tak biasanya. Sementara Prabowo relatif kalem dan bisa menahan diri. Efek kehatia-hatian itu membuat pernyataan prabowo kurang nendang. Malah Jokowi yang banyak nyerang balik," kata Adi.
Terkait substansi materi debat, Adi menilai ada tiga isu yang kurang dieksploitasi oleh kedua paslon. "Yakni tentang isu deradikalisasi, tumpang tindih aturan, dan reformasi birokrasi," kata Adi.
Pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno mengikuti debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019). (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)
Bukan hanya para Capres, Adi juga menyoroti pasangan dari Jokowi dan Prabowo: Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno. Penampilan Sandi dalam debat semalam memukau. Di beberapa sesi jawaban Sandi begitu fokus dan terukur.
"Sementara Ma'ruf Amin lebih banyak diam dan hanya mengamini Jokowi. Hanya sekali saja statemen-nya menukik tajam soal solusi deradikalisasi. Debat selanjutnya porsi Ma'ruf mesti lebih banyak karena secara substansi menguasai," kata Adi.
ADVERTISEMENT
Namun, penampilan apik Sandi, sedikit ternoda oleh aksi blunder dari Prabowo yang menyebut Jawa Tengah lebih besar dari Malaysia. "Prabowo blunder bikin gol bunuh diri dengan bilang Jateng lebih luas ketimbang Malaysia. Ini debat mesti hati-hati soal data," kata Adi.
Secara keseluruhan Adi menilai tidak ada paslon yang unggul dalam debat perdana tersebut. "Skor imbang. Keduanya tak baik juga tak buruk," tutup Adi.