Demokrat: Megawati Minta Paspampres untuk Atur Jarak dengan SBY

26 Juli 2018 16:21 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SBY hingga Megawati di Pernikahan Kahiyang (Foto: Antara/Maulana Surya)
zoom-in-whitePerbesar
SBY hingga Megawati di Pernikahan Kahiyang (Foto: Antara/Maulana Surya)
ADVERTISEMENT
Hubungan Demokrat-PDIP kembali memanas. Kali ini dipicu pernyataan Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut Megawati Soekarnoputri sebagai penyebab partainya sulit bergabung dengan koalisi Jokowi di 2019.
ADVERTISEMENT
Kadiv Hukum dan Advokasi DPP Demokrat, Ferdinand Hutahaean, menjelaskan kembali maksud dari pernyataan SBY. Menurut dia, koalisi pendukung Presiden Jokowi dipimpin oleh PDIP. Sehingga ketika Demokrat bergabung dapat mengganggu ritme yang terjalin.
"Sementara hubungan koalisi dipimpin PDIP. Hubungan antara Pak SBY dan Bu Mega sampai sekarang tidak pernah cair. Bahkan di beberapa acara untuk dihadiri keduanya, bisa terganggu," kata Ferdinand di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (25/7).
Ferdinand juga sempat menyinggung sikap Megawati yang pernah menyuruh Paspampres untuk mengatur tempat duduknya agar tak berdekatan dengan SBY dalam acara-acara tertentu.
"Di acara pernikahan saja bisa mengecek. Bu Mega misalnya memerintahkan Paspampresnya mengecek. Kalau datang, taruh mejanya yang jauh sekali," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, hal ini juga terjadi saat perayaan HUT RI pada 2017 lalu. Megawati tampak menjauh dari SBY.
"Di Istana jaraknya kan jauh sekali. Itu semua kan bahkan Pak SBY hampir tidak datang memenuhi undangan Pak Jokowi. Untuk upacara karena hal-hal seperti ini protokoler di Istana, itu jadi kesulitan, repot," jelasnya.
Ferdinand Hutahaen (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ferdinand Hutahaen (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
Sehingga, jika SBY harus bergabung dengan koalisi tersebut, maka Ferdinand mempertanyakan di mana posisi SBY nantinya.
"Bayangkan kalau rapat di meja lihat di Istana Bogor kemarin. Duduk, Pak Jokowi, Bu Mega, Airlangga, ada Cak Imin, OSO ada Surya Paloh. Saya bertanya posisi Pak SBY di mana nantinya," jelasnya.
"Bu Mega itu tidak mau ada dua matahari di sana. Kalau ada SBY di sana, nanti lama kelamaan koalisi malah pindah ke SBY dan justru Mega yang baper," tutup dia.
ADVERTISEMENT