Direktur Charta Politika Laporkan Sejumlah Akun Medsos soal Chat Palsu

23 April 2019 14:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya melaporkan sejumlah akun di media sosial yang menyebarkan chat palsu. Foto: Raga Imam/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya melaporkan sejumlah akun di media sosial yang menyebarkan chat palsu. Foto: Raga Imam/kumparan
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya melaporkan sejumlah akun media sosial yang menyebarkan chat palsu ke Bareskrim Polri. Yunarto menjelaskan, chat palsu yang disebarkan akun-akun tersebut berisi percakapan bahwa dirinya memiliki keberpihakan terhadap salah satu capres.
ADVERTISEMENT
Laporan itu tertuang dalam Nomor: LP/B/0382/IV/2019/BARESKRIM dengan perkara dugaan pencemaran nama baik melalui media elektronik.
“Hari ini sebenarnya menyelesaikan atau merampungkan laporan saya terkait dengan pembuatan chat palsu yang disebarkan oleh beberapa akun. Akun Instagram maupun di Facebook, di Twitter dan penyebaran lewat WhatsApp,” ucap Yunarto di Bareskrim Polri, Jalan Trunojoyo, Jakara Selatan, Selasa (23/4).
“Sebenarnya sudah terjadi 3 hari sebelum pemilu. Dan yang paling mengganggu adalah nomor telepon saya diumbar kemana-mana. Lalu juga dengan beberapa fitnah terkait dengan chat palsu. Saya enggak ngerti maksudnya siapa, tapi ada 'siap 86 jenderal' sudah diamankan sesuatu sepeti itulah,” lanjutnya.
Surat Laporan dari Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya terkait sejumlah akun di media sosial yang menyebarkan chat palsu. Foto: Raga Imam/kumparan
Selain itu, ia mengaku sering mendapat ancaman dan teror usai muncul tudingan kecurangan yang dilakukan lembaga survei karena memenangkan salah satu parpol. Ancaman itu ia dapatkan baik melalui pesan singkat maupun WhatsApp.
ADVERTISEMENT
“Ancaman terornya macam-macamlah, dilaknatlah, mau diserang sniperlah, ya itu aja sih,” ungkap Yunarto.
Karena merasa terganggu, Yunarto akhirnya memblokir beberapa nomor yang menudingnya berpihak pada salah satu capres. Tak hanya itu, ia menyebut Charta Politika menjadi yang paling banyak diserang oleh warganet, ketimbangan lembaga-lembaga survei lainnya terkait hasil perhitungan cepat (quick count). Namun, ia tak melaporkan berbagai serangan tersebut ke polisi.
“Saya menjadi salah satu yang paling banyak diserang dibanding lembaga-lembaga lain yang merilis qucik count, karena seminggu sebelumnnya sudah ada hoaks yang menyerang saya dan sudah saya laporkan,” kata dia.
Ia berharap laporan yang dibuatnya segera diproses oleh pihak kepolisian. Yunarto menuturkan ia sengaja membuat laporan tersebut agar memberikan efek jera bagi orang yang membuat dan menyebarkan berita hoaks itu.
ADVERTISEMENT
“Yang kedua, dari momen paling besar pemilu ini saya pengin berikan efek jera juga buat para peternak politik yang memainkan sosmed sebagai instrumen, yang malah menjadi negatif buat demokrasi. Dan saya pengen ada efek jera di situ,” tutupnya.