Dokter asal Kongo dan Wanita Korban ISIS Terima Nobel Perdamaian

10 Desember 2018 14:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nadia Murad (kiri) dan Dr. Denis Mukwege (kanan). (Foto: Reuters/Heiko Junge)
zoom-in-whitePerbesar
Nadia Murad (kiri) dan Dr. Denis Mukwege (kanan). (Foto: Reuters/Heiko Junge)
ADVERTISEMENT
Penghargaan Nobel Perdamaian Tahun ini jatuh kepada seorang dokter asal Kongo dan wanita Yazidi korban ISIS. Keduanya dianggap berperan besar dalam menghentikan perkosaan terhadap wanita di medan perang.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, Nobel Perdamaian diberikan secara bersama kepada dokter Denis Mukwege dan Nadia Murad di Oslo, Norwegia, pada Senin (10/12) setelah nama keduanya diumumkan pada Oktober lalu. Mereka mendapatkan medali emas, sertifikat, dan uang tunai sebesar 9 juta krona Swedia, lebih dari Rp 14,5 miliar.
Mukwege yang dijuluki "Dokter Keajaiban" telah menghabiskan 20 tahun terakhir hidupnya untuk merawat korban perkosaan dalam perang di DR Kongo. Rumah sakitnya, Panzi, di Kivu telah merawat sekitar 50 ribu korban perkosaan yang terdiri dari wanita dan anak-anak sejak 1999.
Di rumah sakit itu, korban perang dirawat secara gratis termasuk mendapatkan konseling untuk mengatasi beban mental yang ditimbulkan. Pada 2012, Mukwege hampir jadi korban pembunuhan.
Dr. Denis Mukwege. (Foto: Reuters/Heiko Junge)
zoom-in-whitePerbesar
Dr. Denis Mukwege. (Foto: Reuters/Heiko Junge)
Kisah kehidupannya tergambar dalam film berjudul "The Man Who Mends Women" pada 2015. Dalam autobiografinya berjudul "Plaidoyer pour la Vie" (Memohon untuk Nyawa) Mukwege menggambarkan horor yang ditemuinya di Sivu.
ADVERTISEMENT
Dia mengisahkan dalam buku itu bagaimana tentara memasukkan senapan ke kemaluan korban dan menembakkannya. "Seluruh pinggang wanita itu hancur. Saya kira ini perbuatan orang gila, tapi di tahun itu saya menemui 45 kasus yang sama," tulis Mukwege mengisahkan peristiwa di tahun 1999.
"Yang kami lihat selama konflik, tubuh wanita menjadi medan perang, dan ini tidak bisa diterima," kata dokter berusia 63 tahun itu kepada wartawan di Oslo sebelum menerima Nobel.
Sementara Murad telah melalui masa pahit berada dalam cengkeraman ISIS di Suriah pada 2014. Ibu dan keenam saudara lelakinya dibunuh, dia dikawin paksa, disiksa, dan diperkosa anggota ISIS sebelum akhirnya bisa kabur.
Nadia Murad. (Foto: Reuters/Heiko Junge)
zoom-in-whitePerbesar
Nadia Murad. (Foto: Reuters/Heiko Junge)
Kelompok minoritas Yazidi menjadi sasaran genosida oleh ISIS. Kini wanita 25 tahun ini menjadi duta besar PBB untuk korban perdagangan manusia yang banyak memakan korban wanita Yazidi.
ADVERTISEMENT
Baik Murad dan Mukwege mempersembahkan Nobel itu untuk para korban perkosaan di seluruh dunia. Mereka berharap Nobel ini bisa meningkatkan kesadaran dunia terhadap korban perkosaan.
"Penghargaan ini tidak bisa menghapuskan kekerasan dan serangan terhadap wanita, wanita hamil, anak-anak, dan memberi mereka keadilan. Tapi ini akan membuka pintu bagi pemerintah untuk menyeret pelakunya ke penjara," kata Murad.
Mukwege menyerukan masyarakat dunia untuk membuka mata dan ikut bertindak menghentikan kekerasan seksual.
"Kita tidak bisa mengatakan kita tidak bertindak karena tidak tahu. Sekarang semua orang tahu. Dan sekarang saya kira komunitas internasional punya tanggung jawab untuk bertindak," kata Mukwege.