Duka Jepang Usai Diterjang Topan Hagibis

14 Oktober 2019 7:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjaga toko membersihkan bekas banjir di area toko. Foto: AFP/William West
zoom-in-whitePerbesar
Penjaga toko membersihkan bekas banjir di area toko. Foto: AFP/William West
ADVERTISEMENT
Jepang tengah berduka. Topan Hagibis yang disebut-sebut merupakan yang terkuat setelah 60 tahun lalu itu kembali melewati kota-kota besar di Jepang.
ADVERTISEMENT
Hagibis mulai menghantam pulau utama Jepang pada Sabtu (12/10) dan menewaskan 30 orang dan 15 lainnya dilaporkan hilang. Tak hanya itu, banyak wilayah yang mengalami banjir hingga ke atap rumah, setengah juta rumah mati listrik, dan jutaan warga mengungsi.
Pemerintah Jepang telah mengerahkan setidaknya 29 ribu tentara untuk membantu pemadaman, serta polisi, dan petugas penjaga pantai dalam mengevakuasi warga. Topan Hagibis yang berarti 'kencang' dalam bahasa Tagalog ini berkurang kekuatannya pada Minggu pagi di Tokyo dan akan berlalu ke lautan pada Minggu malam setelah melewati Hokkaido.
Sejumlah rumah hancur akibat Topan Hagibis di Jepang, Sabtu (12/10). Foto: Mandatory credit Kyodo/REUTERS
Topan Hagibis juga berdampak pada penerbangan di Bandara Haneda dan Bandara Narita. Seluruh penerbangan dari dan menuju Tokyo dibatalkan hingga Minggu (13/10).
Setidaknya, ada lebih dari 1.187 penerbangan dan 190 ribu penumpang yang terdampak. Para penumpang yang tiketnya dibatalkan, akan mendapatkan pengembalian dana sesuai ketentuan yang berlaku.
Seorang warga melihat kepuing puing setelah topan hagibis melanda Distrik Shibata, Prefektur Miyagi, Jepang. Minggu (13/10/2019). Foto: AFP/Charly Triballeau
Berdasarkan hasil analisis dari JMA ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) kemudian menyampaikan bahwa posisi Topan Hagibis pada hari ini, 13 Oktober 2019, sudah semakin jauh dari Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Posisi Topan Hagibis yang pagi ini makin jauh dari wilayah Indonesia tidak memberikan dampak terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut di Indonesia,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Mulyono Rahadi Prabowo, dalam siaran pers BMKG yang diterima kumparan, Minggu (13/10).
Sebuah jalan ditutup dengan air di Kota Kushibe, Prefektur Mie pada 12 Oktober 2019. Foto: REUTERS
Adapun hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia, menurut Mulyono, lebih dipengaruhi oleh adanya daerah tekanan udara rendah di wilayah Indonesia bagian utara.
Tekanan udara rendah ini membentuk daerah pertemuan angin yang memanjang dari Semenanjung Malaysia hingga Laut Sulawesi, katanya. Hal itulah yang kemudian membuat sepanjang wilayah tersebut berpotensi mengalami hujan berintensitas sedang hingga lebat.