Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Duterte Hentikan Pengiriman Pekerja Filipina ke Kuwait Selamanya
29 April 2018 19:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Presiden Rodrigo Duterte mengubah status pelarangan sementara pengiriman pekerja Filipina ke Kuwait menjadi permanen. Artinya, tidak akan ada lagi pengiriman tenaga kerja domestik ke Kuwait dari Filipina selamanya.
ADVERTISEMENT
Langkah ini adalah buntut dari ketegangan kedua negara setelah ditemukannya mayat wanita Filipina di kulkas sebuah apartemen di Kuwait pada Februari lalu. Wanita tersebut dibunuh oleh majikannya dan telah ada di lemari pendingin selama setahun.
"Pelarangan berlaku permanen. Tidak akan ada lagi rekrutmen untuk pembantu domestik khusus. Tidak ada lagi," kata Duterte kepada wartawan di Davao, seperti dikutip dari Reuters, Minggu (29/4).
Sebelumnya pekan lalu, pemerintah Kuwait mengusir diplomat Filipina dari negaranya setelah ketahuan membantu para pekerja rumah tangga. Menurut Kuwait, tindakan Filipina itu melanggar kedaulatan negara mereka.
Ada sekitar 262 ribu warga Filipina yang bekerja di Kuwait, 60 persennya pekerja rumah tangga. Duterte mengatakan, perlakuan Kuwait kepada para pekerja negaranya sangat buruk. Karena itulah dia mengimbau seluruh rakyatnya pulang ke tanah air.
ADVERTISEMENT
"Saya ingin mengatakan atas patriotisme mereka: Pulanglah. Tidak peduli seberapa miskin kita, kita akan bertahan. Ekonomi membaik, dan kami kekurangan pekerja," kata dia.
Para pekerja yang pulang dari Kuwait, kata Duterte, bisa jadi guru bahasa Inggris di China. Menurut Duterte, China adalah "sahabat sejati" dan Filipina akan menggunakan dana dari Beijing untuk memulangkan pekerja dari Kuwait.
Duterte mengaku tidak melakukan ini untuk balas dendam ke Kuwait. "Saya menyampaikan kepada pemerintah dan rakyat Kuwait: Terima kasih telah membantu rakyat kami selama ini," kata Duterte lagi.