Earth Hour 2019 Digelar 30 Maret, Apa Artinya Padamkan Lampu Sejam?

27 Maret 2019 17:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Earth Hour Kuta Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
zoom-in-whitePerbesar
Earth Hour Kuta Foto: ANTARA FOTO/Fikri Yusuf
ADVERTISEMENT
Kegiatan Earth Hour setiap tahunnya digelar di Indonesia. Sudah 10 tahun berlangsung sejak tahun 2009. Pada tahun ini, Earth Hour akan diadakan pada Sabtu (30/3) dengan memadamkan lampu selama 1 jam pada 20.30 WIB hingga 21.30 WIB.
ADVERTISEMENT
CEO WWF Indonesia, Rizal Malik, menuturkan memadamkan lampu selama 1 jam bukan semata-mata sebagai kegiatan seremonial. Hal itu, kata dia, sebagai pengingat sejumlah aktivitas manusia dapat menyumbang kerusakan bagi bumi.
"Bagaimana kita berhubungan dengan bumi dan pada saat itu juga kita mengingat kembali jejak manusia, apakah dari pola konsumsi atau produktif yang mungkin merusak bumi," kata Rizal dalam jumpa pers menjelang Earth Hour 2019 di Stasiun MRT Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (27/3).
"Perlu diingat Earth Hour bukan hanya kegiatan satu jam. Tapi kegiatan satu jam itu merupakan pengingat bagi kita untuk mengubah gaya hidup kita selama 365 hari lainnya," lanjut dia.
Earth Hour di Jakarta Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro
Earth Hour 2019 juga dianggap menjadi penting sebagai bahan pengkajian penerapan Protokol Nagoya terkait Konvensi Keanekaragaman Hayati yang ditandatangani Pemerintah Indonesia pada 2018. Dalam komitmen perjanjian internasional itu, salah satu poinnya adalah pemberian pendidikan keragaman hayati kepada publik.
ADVERTISEMENT
"Kita semua berkewajiban untuk memahami dan gerakan seperti Pramuka dan WWF itu berkewajiban memberikan pendidikan publik mengenai keanekaragaman hayati. 11 tahun lagi kita review target perubahan iklim. Apakah kita berhasil menurunkan atau menjaga suhu iklim kita tidak lebih dari 1.5 derajat lebih panas," ucapnya.
Tahun ini, Earth Hour bekerja sama dengan sejumlah perusahaan transportasi publik seperti MRT, TransJakarta, hingga pesawat terbang untuk mengajak masyarakat menggunakan transportasi publik. Hal itu, diharapkan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan penggunaan bahan bakar fosil.
"Bagaimana kita mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi. Bagaimana buat masyarakat gunakan transportasi publik dan berhenti gunakan kendaraan pribadi karena pengaruh sangat besar. Akan ada efisiensi penggunaan energi terutama bahan bakar fosil," ucapnya.
Pusat perbelanjaan Sarinah saat Earth Hour. Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Saat ini, Hari menyebut kegiatan Earth Hour menjadi sebuah gerakan yang memiliki 3 ribu relawan yang tersebar di 30 wilayah. Seluruh relawan, kata Hari, tak berhenti saat 30 Maret usai, tetapi terus melakukan perbaikan untuk iklim yang baik.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan, seluruh relawan telah menanam mangrove hingga melakukan transplantasi terhadap terumbu karang. Kegiatan itu akan terus diadakan untuk merestorasi keadaan habitat bumi.
"Mereka tidak berhenti pada 30 Maret mereka juga menanam mangrove penanaman kembali terumbu karang. Para relewan Earth telah melakukan transplantasi terumbu karang sebanyak 1.460 di lima lokasi di Bali, serta pohon bakau 13.110 bibit di enam wilayah Bali, Surabaya, Balikpapan, Aceh, Tangerang dan Serang," ucapnya.
"Tidak hanya matikan lampu tapi mereka berusaha merestorasi keadaan habitat kita," tutup Rizal.