Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Nama eks Eks Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko kembali mencuat ke publik. Serupa tapi tak sama, Soenarko kembali dituding terlibat dalam rencana aksi pengeboman di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Tudingan datang dari pernyataan Dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) nonaktif, Abdul Basith. Dalam pengakuannya di majalah TEMPO Edisi 7-13 Oktober 2019, dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB itu membeberkan gagasan kerusuhan dilancarkan di rumah Soenarko, tepatnya 20 September lalu.
Pertemuan itu, klaim Basith, dihadiri sekitar 15 orang, termasuk eks Kepala Staf TNI Angkatan Laut (AL), Slamet Soebijanto, Laksamana Muda (Purnawirawan) Sony Santoso, dan anggota Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara, Laode Sugiono. Basith mengaku, dalam pertemuan itu, disepakati adanya rencana tujuh titik ledakan untuk 'mengusir' orang-orang China dengan cara mengganggu bisnis mereka lewat kerusuhan.
Namun, segala tudingan ini langsung dibantah Ferry Firman Nurwahyu, pengacara Soenarko.
"Kemarin saja [Soenarko] baru berurusan dengan pemerintah, masa mau bikin ulah kasus lagi? Logika akal sehatnya sajalah, enggak mungkin orang seperti beliau berbuat seperti itu. Beliau itu 'kan mantan Pangdam, eks Panglima, enggak mungkin beliau melakukan itu," ujar Ferry saat dihubungi kumparan, Senin (7/10).
ADVERTISEMENT
Ferry mengaku memang ada pertemuan dengan Basith di rumah Soenarko. Namun, mengenai isi pembicaraan dikait-kaitkan dengan rencana membuat rusuh negara, Ferry hanya bisa tertawa, karena menurutnya pertemuan itu hanya sekadar saling silaturahmi.
"Logika, dong. Ada orang datang ke rumahnya [Soenarko], masa dia ngomong itu (mau meledakkan bom). Sekarang coba kita berandai-andai, misal, kita mau melakukan sesuatu, kenapa dan ngapain dilakukan di rumah? Dan itu 'kan pertemuan terbuka, itu ruangan di belakang dan terbuka, siapa saja hilir mudik masuk di situ, kalau punya niat buruk misalkan, pasti mereka mencari tempat bersembunyi, ngapain dibawa ke rumah?" kata Ferry.
"Itu 'kan ramai, di situ jumlah orangnya ramai, ada ibu-ibu, ada sekitar 20 orang dan itu sangat terbuka. Mereka datang silaturahmi, 'Cuma mau kenal sama Bapak (Soenarko)," tambahnya.
Sebagai gambaran, kini, Basith ditahan bersama delapan tersangka lainnya di rumah tahanan (rutan) Polda Metro Jaya. Polisi meyakini Basith dkk terlibat dalam perakitan 28 bom ikan yang dibuat di rumahnya. Selain Basith, dua tersangka lainnya adalah Sony Santoso dan Laode Sugiono.
ADVERTISEMENT
“Ada 9 tersangka. Sudah kita lakukan penanganan dan akan segera kita sidik, dan kita selesaikan lalu kirim ke kejaksaan," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, Kamis (3/10).
Rencananya, bom-bom itu akan diledakkan di tujuh titik untuk mengacaukan Aksi Mujahid 212 pada Sabtu (28/9) lalu. Tak hanya itu, Basith juga diduga berencana menggagalkan pelantikan DPR dan MPR, serta pelantikan presiden-wakil presiden terpilih.
Sugiono, masih dari pernyataan Basith, sempat menyatakan bahwa Soenarko-lah orang yang membiayai pengeboman ini. Dalam artian, membiayai perjalanan pesawat dari orang-orang yang didatangkan untuk merakit bom, hingga membiayai pembelian bahan-bahan pembuat bom.
"[Para pembuat bom] dibiayai tiketnya [ke Jakarta]. Dana yang diberikan Rp 8 juta," ucap Argo.
ADVERTISEMENT
Namun lagi-lagi, Ferry dengan tegas membantah. "Enggak ada. Kalau merencanakannya canggih, sih, enggak apa-apa, lah, ini bom ikan? ha..ha..ha.." kelakar Ferry.
"Pak Soenarko, tuh, orangnya sangat terbuka, contoh Sugiono. Dia (Soenarko) enggak kenal Sugiono. Baru kenal itu di rumahnya, gitu, lho. Kita juga nasihati bapak, 'Pak, besok-besok kalau ada tamu yang enggak kenal, jangan disuruh masuk, Pak," ujar Ferry menirukan pesan keluarga Soenarko.
Soenarko klaim tak mengenal dekat Abdul Basith
Ferry menjamin kliennya tak memiliki hubungan dekat dengan Basith. Bahkan, perkenalan hanya berlangsung kurang dari tiga bulan.
"Kayak Pak Basith, itu 'kan beliau (Soenarko) kenalnya juga di tempatnya pemenangan BPN. Di situ. Ketemunya di situ," tuturnya.
ADVERTISEMENT
"Sekarang kalau baru kenal tiga bulan, gimana cukup dekat? Misal dibilang kenal, ya, kenal, tapi dilihat dulu sampai sejauh mana kenalnya itu? Misal, Pak Soenarko kenal Pak Slamet (mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto), 10 tahun, sejak masa dinas dulu, wajar. 'Kan dinas AL dan AD," ungkapnya.
Dalam keterangannya, Basith juga mengatakan, para pembuat bom ini seharusnya menginap di rumah Slamet di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Namun, rencana itu urung dilakukan karena rumah Slamet penuh dengan orang-orang yang akan berdemo di Markas TNI, Cilangkap.
Bahkan Basith juga menyebut Slamet ikut menggerakkan orang-orang itu untuk berunjuk rasa, dan meminta anggota TNI untuk turun ke lapangan menduduki MPR/DPR, Rabu, 25 September lalu. Soal ini, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Siwi Sukma Adji sudah memanggil Slamet untuk mengklarifikasi apa yang disampaikannya dalam aksi demonstrasi beberapa hari lalu itu.
ADVERTISEMENT
Saat ditanya soal keterkaitan Soenarko dengan Slamet dalam aksi dan rencana ini, Ferry juga menampiknya.
"Ya, enggak mungkinlah. Kadang pertanyaan terlalu konyol. Saya bisa katakan gini, para purnawirawan itu enggak punya kekuatan apa-apa, saya ini pernah diajak oleh Pak Soenarko ngumpul dengan 20 jenderal, umurnya di atas 65-70 [tahun]. Kalau mereka prihatin [dengan bangsa], iya. Tapi apa daya, enggak punya apa-apa. Anak buah enggak punya, kekuatan apa?" tegasnya.
Soenarko juga mengklaim tak tahu menahu soal Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara
Saat ini, polisi menduga Majelis Kebangsaan Pancasila Jiwa Nusantara adalah kelompok di balik rencana pengeboman yang melibatkan Basith. Kelompok itu merupakan forum diskusi wawasan kebangsaan, yang disebut-sebut merencanakan pemikiran bahwa MPR terdiri dari agamawan, cendekiawan, TNI, serta balacadangan, raja atau sultan dan profesional.
ADVERTISEMENT
Basith, yang juga ikut dalam kelompok ini, menyebutkan bahwa pemimpin majelis tersebut adalah Slamet. Sony pun juga ikut bergabung dalam kelompok ini.
Dalam hal ini, Ferry menegaskan Soenarko tak ikut dan tak tahu menahu soal kelompok tersebut. Ia mengenal para anggota majelis ini dari Slamet.
"Sama sekali enggak ada. Tapi kalau di Advokat Senopati, dia (Soenarko) pembina kita," tuturnya.
Soenarko siap diperiksa
Saat ini, Ferry mengatakan belum ada pemanggilan polisi yang dilayangkan untuk Soenarko. Pun ada, kata Ferry, Soenarko janji tak akan mangkir.
"Kita akan datang, kenapa takut? Sekarang belum ada [surat]," ungkapnya.
Sebelumnya, Soenarko pernah ditangkap dan ditetapkan tersangka karena diduga terlibat dalam penyelundupan senjata dari Aceh. Ia kemudian ditahan di rutan POM Guntur, Jakarta Selatan. Namun, penahanan Soenarko akhirnya ditangguhkan setelah mendapat jaminan dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan.
ADVERTISEMENT