Fahri Hamzah: Kalau JK Gagal Dampingi Jokowi, Koalisi Bisa Bubar

3 Agustus 2018 15:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fahri Hamzah diperiksa Polda Metro Jaya. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fahri Hamzah diperiksa Polda Metro Jaya. (Foto: Helmi Afandi Abdullah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sehari jelang dibukanya pendaftaran capres-cawapres pada Sabtu (3/8) besok, koalisi dua kubu di Pilpres 2019 masih alot. Politikus yang tengah berseteru dengan PKS, Fahri Hamzah, menilai dinamika koalisi masih sangat alot karena belum menyepakati capres-cawapres.
ADVERTISEMENT
“Pak Jokowi juga enggak ada titik temu. Saya membaca Pak Jokowi paling sulit mencari titik temu. Saking sulitnya, bisa-bisa Pak Jokowi enggak dapat kursi,” kata Fahri di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (3/8).
Menurutnya, Presiden Jokowi saat ini banyak didukung oleh partai menengah ke bawah dan partai baru. Sehingga, koalisi Jokowi akan lebih sulit berkonsolidasi, sementara koalisi Prabowo lebih mudah karena cukup berkoalisi dengan salah satu partai untuk bisa mengusung Prabowo capres.
“Ini kan ngebungkus-bungkus doang, panggil ke Istana. Terus terang saja kalau orang dipanggil ke Istana, sekjen-sekjen partai enggak jelas, baru daftar (pemilu) panggil ke Istana. Datanglah kan dia pakai jaket gagah-gagah kan, tapi belum jelas barang itu bos. Siapa bilang jelas,” ucap Wakil Ketua DPR itu.
Jokowi dan Sekjen Parpol Koalisi di Istana Bogor  (Foto: Agus Suparto /Presidential Palace)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Sekjen Parpol Koalisi di Istana Bogor (Foto: Agus Suparto /Presidential Palace)
Fahri menilai koalisi Prabowo justru sudah lebih jelas karena Gerindra hanya butuh satu partai untuk mengusung Prabowo sebagai capres. Meski memang belum menentukan partai mana yang akan final berkoalisi dengan Gerindra.
ADVERTISEMENT
“Kasarnya Pak Prabowo itu, Gerindra itu dengan Demokrat dapat (tiket pilpres), masalahnya Prabowo itu bisa neken (pencapresan), tinggal panggil Muzani, Zani teken cekrek dia dapat sudah. Tinggal (butuh) satu (tanda tangan lagi dari partai lain),” imbuh Fahri.
Sementara, menurut Fahri, koalisi Jokowi lebih rentan bubar karena harus memastikan kekuatan koalisi demi mempertahankan posisi presiden di periode kedua. Fahri memprediksi, jika PDIP dan Golkar pecah kongsi, maka Jokowi terancam tidak nyapres di 2019.
Pertemuan SBY dengan Prabowo Subianto di Kertanegara (30/7) (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan SBY dengan Prabowo Subianto di Kertanegara (30/7) (Foto: Dok. Istimewa)
“Kalau PDIP Golkar pecah, bubar bos. Karena partai lain tuh enggak cukup. Anda gabung ini partai-partai, Nasdem, Hanura, PPP, ini belum cukup nih. Kalau 4 (partai) baru cukup. Berat buat Jokowi, anda kira gampang buat Pak Jokowi dapat tiket. Salah. Saya masih memprediksi bisa-bisa kalau ini pecah, Pak Jokowi nggak dapet tiket (nyapres),” tutup Fahri.
ADVERTISEMENT
Meski gencar mengkritik Jokowi, Fahri belum mau memutuskan dukungannya terhadap kandidat capres di 2019.
“Saya belum, saya akan mendukung di atas tanggal 10 (Agustus). Jangan sekarang dong, jangan taruh duluan nanti murah. Anda jarang main gaple sih,” kelakar Fahri sambil tertawa.