Greenpeace Soroti Permasalahan Sampah Plastik di Bali

13 April 2018 18:15 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal Rainbow Warrior di Bali (Foto:  Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Rainbow Warrior di Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Permasalahan sampah plastik tengah panas-panasnya di Bali. Setelah kejadian banjir sampah plastik di kawasan pesisir selatan Bali, Kuta dan sekitarnya, kemudian di perairan Nusa Penida, dan kini juga tengah terjadi di kawasan pesisir Sanur.
ADVERTISEMENT
Menanggapi isu sampah plastik, yang juga menjadi perhatian Greenpeace, Hindun Mulaika selaku Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia menyampaikan permasalahan ini sudah darurat negara.
Tidak hanya cukup dengan pembersihan di lapangan dan melakukan daur ulang dan tidak hanya mengandalkan regulasi pemerintah setempat, tapi bagaimana meningkatkan kesadaran manusia sebagai si pengguna plastik itu sendiri.
"Isu sampah plastik untuk kawasan Bali ini sangat krusial. Bahkan sudah darurat negara. Kehadiran Greenpeace untuk melakukan kampanye bahwa kita sebagai user dari plastik untuk mengurangi pemakaian plastik. Kalau dari diri kita sendiri tidak merubah pola hidup kita mau bagaimana," kata Hindun di atas Kapal Rainbow Warrior milik Greenpeace, Jumat (13/4).
Ia juga menyoroti pemerintah Indonesia yang tidak menyelesaikan permasalahan dari hulu dan lebih memilih rencana konsep waste to energy dengan teknologi membakar dan menyebutnya untuk menghasilkan energi listrik.
ADVERTISEMENT
"Pembakaran sampah lebih berbahaya. Namun ini malah dijustifikasi untuk supply energi. Padahal kalau kita bicara dari pemisahan sampahnya saja tidak jalan. Harus diberi sesuatu agar mudah terbakar. Mau organik dan anorganik. Plastik dibakar berbahaya," ujarnya.
"Di hulu tidak dibangun public awarness ya sulit. Kampanye kami tidak hanya di sektor regulasi, tapi juga kesadaran masyarakat," kata Hindun.
Tak hanya menyoroti permasalahan sampah, Ia menyampaikan kedatangan kapal Rainbow Warrior ini untuk memberikan dukungan terhadap gerakan-gerakan masyarakat terhadap ketidakadilan lingkungan. Termasuk dengan ancaman proyek pembangunan PLTU Celukan Bawang di Buleleng.
Kapal Rainbow Warrior di Bali (Foto:  Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Rainbow Warrior di Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Sumber energi yang masih bersumber pada batubara, akan memperburuk kualitas udara di Bali dan mengancam kesehatan masyarakat, juga industri pariwisata di Bali. Padahal dengan potensi yang ada, Bali bisa menjadi teladan pengembangan energi bersih terbarukan, dan ini masa depan yang kita butuhkan, lingkungan yang aman dan bebas dari polusi sesuai dengan program road map Bali Green Province
ADVERTISEMENT
Greenpeace mengkritisi rencana dibangunnya PLTU Celukan Bawang 2x330 MW sebagai sebuah perencanaan energi yang salah oleh Pemerintahan Provinsi Bali yang akan meracuni keindahan dan keseimbangan alam pulau Dewata. Bersama masyarakat, Greenpeace telah melayangkan gugatan agar rencana proyek ini segera dibatalkan.
“PLTU Batubara telah menjadi masa lalu kelam yang ditinggalkan di banyak negara di dunia, dan energi terbarukan seperti tenaga surya telah menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru dengan penyerapan tenaga kerja lokal yang besar," papar Hindun.
"Ada banyak perjuangan yang mempertahankan hak hidup mereka. Kalau lingkungan tidak diselamatkan dari kasus apapun, begitu alam rusak yang akan kita dapatkan hanya bencana," tandasnya.
Saksi Penolakan Reklamasi Teluk Benoa
Bicara persoalan lingkungan di Bali, berarti juga menyoroti gerakan lingkungan terbesar di pulau ini, gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Kunjungan kapal Greenpeace kali ini juga untuk memberikan dukungan pada perjuangan masyarakat Bali menolak reklamasi di Teluk Benoa. Posisi Greenpeace jelas menolak reklamasi, dan ini telah kami tegaskan sejak kapal Rainbow Warrior berkunjung di sini pada tahun 2013 silam.
ADVERTISEMENT
I Wayan Gendo Suardana, Koordinator ForBali menyampaikan antusiasnya terhadap kedatangan kembali Rainbow Warrior ke Bali. Apalagi kapal milik Greenpeace ini merupakan saksi dari perjuangan aksi tolak reklamasi Teluk Benoa selama 5 tahun.
"Kapal Rainbow Warrior menjadi saksi perjuangan 5 tahun aksi penolakan Reklamasi Teluk Benoa. Kami bersyukur bisa bertemu lagi dengan rainbow warrior di sini yang sampai sekarang masih terselamatkan dari reklamasi teluk benoa," ujar Gendo.