Hasil Studi Universitas Stanford: Orang Indonesia Malas Jalan Kaki

17 Juli 2017 8:10 WIB
Macet di kawasan Pancoran. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Macet di kawasan Pancoran. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Orang Indonesia malas jalan kaki. Rata-rata orang Indonesia jalan kaki per-harinya di bawah rata-rata. Kalah jauh dengan warga Hong Kong, atau Ukraina.
ADVERTISEMENT
Studi terbaru dari Universitas Stanford, Amerika Serikat, menyebutkan bahwa rata-rata orang Indonesia yang melakukan jalan kaki hanya 3.513 langkah per hari. Angka ini jauh di bawah rata rata para pejalan kaki global, yaitu 5 ribu langkah per hari. Hal ini membuat Indonesia masuk dalam kategori negara termalas berjalan kaki.
Hasil penelitian Argus dan Azumi. (Foto: github.com)
zoom-in-whitePerbesar
Hasil penelitian Argus dan Azumi. (Foto: github.com)
Dipublikasikan dalam jurnal ilmu pengetahuan alamiah, yang dikutip dari Stanford News, Senin (17/7), penelitian menunjukkan bahwa Hong Kong menjadi negara teraktif di dunia, dengan rata rata 6.880 langkah per hari, disusul oleh China (6.180 langkah per hari) dan Ukraina (6.107 langkah per hari).
Kota Hong Kong nan sibuk. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Hong Kong nan sibuk. (Foto: Thinkstock)
Data dikumpulkan oleh aplikasi tracking Argus and the Azumi, yang meneliti langkah kaki 717.627 orang di 111 negara di seluruh dunia. Meski begitu laporan dengan judul penelitian Large-Scale Physical Activity Data Reveal Worldwide Activity Inequality, fokus pada 46 negara dan kota, melalui 1.000 pengguna Argus.
ADVERTISEMENT
Dalam penelitian tersebut, walau Indonesia masuk kategori paling malas berjalan kaki, namun dilaporkan memiliki kasus obesitas paling sedikit. Sementara negara yang memiliki tingkat kesenjangan tinggi antara yang paling aktif dan paling malas berjalan kaki, memiliki jumlah kasus obesitas paling tinggi.
"Misalnya Swedia yang memiliki perbedaan paling kecil antara yang kaya dan miskin, dan perbedaan yang kecil antara pejalan kaki laki-laki dan perempuan, menjadi negara dengan tingkat kasus obesitas paling rendah," ujar Tim Althoff, salah satu peneliti, yang juga kandidat doktor di ilmu komputer, seperti dikutip Stanford News.