Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1

ADVERTISEMENT
Capres 02 Prabowo Subianto kembali menarik perhatian publik. Saat berkampanye di Kota Yogyakarta, Prabowo berpidato menggebu hingga menggebrak podium hingga politikus PAN Amien Rais dan Ketua DPW PPP Khittah DIY Syukri Fadholi maju menenangkan.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Dewan Penasihat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Hidayat Nur Wahid, yang juga berada di lokasi saat kampanye itu, menjelaskan mengapa Prabowo bersikap seperti itu.
"Wajar dong kalau kemudian beliau tegas dan kencang untuk menyuarakan keprihatinan beliau terhadap Indonesia, yang menurut beliau sudah harus diselamatkan," kata Hidayat di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (9/4).
Menurut Wakil Ketua MPR itu, pidato Prabowo di depan masyarakat Yogyakarta itu tak melulu soal menyampaikan secara berapi-api. Ada juga sejumlah candaan. Bagi, Hidayat, soal menggebrak podium hanya satu segmen dari sekian banyak segmen pidato Prabowo.
"Memang kemarin beliau sangat berapi-api dan sangat bersemangat, tapi banyak guyonannya juga kan, yang diambil cuma berapi-apinya. Sementara beliau guyonan, beliau menyapa dengan sangat ramah, beliau menentramkam massa untuk tidak anarkis," ucap Hidayat.
ADVERTISEMENT
"(Prabowo mengimbau massa) Untuk tidak melakukan tindakan menyebar hoaks kok enggak dijadikan bagian penting? Itu (gebrak podium) hanya satu dari sekian banyak segmen ketika beliau berpidato," imbuhnya.
Menurut politikus PKS itu apa yang disampaikan Prabowo di Yogyakarta masih dalam koridor yang proporsional.
"Sekali lagi bukan hanya sepanjang pidato dari awal sampai akhir menghadirkan kekerasan atau mendukung kekerasan atau menghadirkan sesuatu yang kemudian menghadirkan ketidaknyamanan," tegasnya.
Pidato Prabowo itu disampaikan di Stadion Kridosono, Kota Yogyakarta, Senin (8/4). Nada suara Prabowo meninggi dan berapi-api ketika berbicara soal elite Jakarta yang jahat, TNI-Polri jangan menjadi antek asing, hingga BUMN yang dirampok.