Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Beredar video dan kabar di media sosial soal tanah suci yang meresahkan warga Indonesia. Dalam video tersebut, terlihat banjir parah terjadi di Mina, lokasi mabit dan lempar jumrah bagi jemaah haji. Namun ternyata, tidak seluruhnya gambar tersebut aktual, sebagian besar tidak terjadi saat ini. Sebagian lainnya terjadi, tapi tidak separah itu.
ADVERTISEMENT
Dalam video tersebut, terlihat banjir besar yang menimpa terowongan Mina tempat jemaah haji dari maktab berjalan menuju lokasi lontar jumrah. Dalam video-video lainnya, terlihat banjir besar yang menutupi jalanan di Makkah. Mobil-mobil tergenang hampir ke atap, di depan supermarket Bin Dawood.
Pada Senin sore (12/8) memang terjadi hujan deras hampir di seluruh Makkah, termasuk Mina. Namun hujan tidak sampai membuat banjir parah.
Video banjir depan Bin Dawood contohnya, tidak terjadi ketika kumparan berada di Makkah. Hotel tempat kumparan menginap sekitar 500 meter dari Bin Dawood. Jika pun banjir itu terjadi maka hotel kami juga akan kebanjiran, nyatanya tidak.
Menurut Kepala Satuan Operasi Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina) Jaetul Muchlis, sebagian besar video yang tersebar tidak benar.
ADVERTISEMENT
"Itu hoaks semua," kata Jaitul ketika dihubungi kumparan.
Namun, dia membenarkan video aliran air di terowongan Mina. Menurut dia, itu adalah air bandang dari hujan yang mengalir dari gunung-gunung batu ke terowongan jalan pulang jemaah ke maktab.
Peristiwa "air lewat" ini juga berlangsung sangat singkat, hanya sekitar 20 menit. Peristiwa itu membuat perjalanan jemaah tersendat. Namun secara umum tidak membahayakan karena hanya aliran dangkal. Kendati demikian, tim petugas haji menempatkan ambulans untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan.
"Bukan penumpukan tetapi jalan tersendat, dan menjadi menyempit karena air bandang setinggi di atas mata kaki tidak lebih dari 15 cm yang menutup separuh jalan masuk terowongan pada satu sisi saja, air lewat saja bukan genangan, dan hanya sekejap tidak lebih dari 20 menit," kata Jaetul.
ADVERTISEMENT
Video-video tersebut juga ditingkahi oleh teks yang semakin memicu kepanikan. Di antaranya berbunyi soal matinya listrik di maktab, eskalator menuju jamarot yang tidak berfungsi, serta terjadi penumpukan jemaah. Soal penumpukan jemaah, sudah terjawab oleh Jaetul di atas.
Untuk mati listrik, Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Mekkah Subhan Cholid membenarkannya. Listrik, kata dia, memang dimatikan untuk menghindari korsleting akibat genangan air. Matinya listrik juga berdampak pada tidak berjalannya eskalator.
"Pertahanan sipil Saudi mematikan peralatan elektronik untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan. Kami menerima berbagai gambar terkait kondisi di kota Mina, itu hanya genangan air saja," kata Subhan.
Ketika genangan terjadi, jemaah dilarang meninggalkan tenda karena dikhawatirkan terjadi penumpukan di lokasi jamarat, tempat jemaah lainnya berteduh dari hujan. Peristiwa ini juga berlangsung singkat, Subhan mengatakan pada sore menjelang Magrib genangan telah hilang dan pada Isya listrik kembali menyala.
ADVERTISEMENT
"Banjir hanya terjadi kemarin sore sampai Isya sudah selesai," kata Subhan.
Ketika kumparan menyambangi tenda Misi Haji di dekat mulut terowongan, seakan tidak ada tanda-tanda banjir atau ada aliran air dari gunung. Jemaah juga berduyun-duyun berjalan melalui terowongan menuju jamarat hingga pagi menjelang untuk melakukan nafar awal.
Pengendali teknis bina haji (PPIH) Oman Fathurrahman mengimbau masyarakat untuk mengambil informasi dari sumber primer yang terpercaya, dalam hal ini adalah Kementerian Agama dan Media Center Haji, yang kumparan tergabung di dalamnya.
"Kalau itu didapatkan dari media sosial seperti Whatsapp, yang harus dilakukan adalah mempertanyakan dulu apa objeknya, diverifikasi di mana kejadiannya, siapa yang menyebarkannya," kata Oman.
"Ini adalah bagian dari kehati-hatian kita juga. Dalam keberagamaan siapa yang menyebarkan informasi yang baik pahalanya bagi kita juga, siapa yang menyebarkan informasi yang tidak baik, menyebabkan kepanikan dan kerusakan itu tidak menjadi rahmatan lil alamin," lanjut Oman lagi.
ADVERTISEMENT