IDI soal Meninggalnya Petugas KPPS: Kelelahan Bukan Faktor Utama

13 Mei 2019 15:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PB IDI, dr. Daeng M. Faqih. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PB IDI, dr. Daeng M. Faqih. Foto: Maulana Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menilai kelelahan bukan menjadi faktor utama penyebab kematian mendadak. Kelelahan hanya dianggap sebagai pemicu kematian yang sebenarnya akibat penyakit.
ADVERTISEMENT
"(Kelelahan) hanya salah satu faktor. Baik itu men-trigger maupun memperberat penyakit tertentu. Penyakit itu yang menyebabkan kematian. Bukan kelelahan. Misalkan dia kelelahan dicampur faktor lain, terjadi gangguan jantung, gangguan jantung itu yang menyebabkan (kematian)," kata Ketua Umum PB IDI, dr. Daeng M. Faqih di Kantor IDI, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (13/5).
Untuk itu, IDI mendorong dilakukannya investigasi untuk mengetahui secara pasti penyebab meninggalnya ratusan petugas KPPS di pemilu 2019.
"IDI sebagai organisasi profesi siap membantu semua pihak yang berwenang dan bertanggung jawab untuk melakukan penelitian mendalam dan atau investigasi yang objektif dan berbasis keilmuan," kata Daeng.
Daeng juga menyebut, proses autopsi verbal yang kini sudah dilakukan Kemenkes, memiliki tingkat validitas yang rendah untuk mengetahui penyebab kematian. Menurutnya, akan lebih baik apabila membuka rekam medis pasien.
ADVERTISEMENT
"Autopsi verbal tingkat kevalidannya belum terlalu tinggi, karena yang ditanya orang lain bukan pasien yang bersangkutan. Rekam medis itu ditulis berdasarkan wawancara langsung dengan korbannya. Jadi memang lebih tinggi (kevalidan) rekam medis," tuturnya.
Diskusi yang diselenggarakan oleh PB IDI tersebut, turut dihadiri oleh perwakilan Kemenkes dan dokter-dokter spesialis. Mereka antara lain dr. Anwar Santoso, SpJP dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Ahli Hematologoi Prof. dr. Zubairi Djoerban, dr. Rahmat Hidayat dari Perhimpunan dokter syaraf, serta dr. Ade Firmansyah dari Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia.